Swedia, 7 dari 10 Warganya Setuju UU Larangan Burka

Lembaga survei Karmasin di Swedia belum lama ini melakukan jajak pendapat terhadap 500 responden di kalangan warga kota Wina. Hasil survei menunjukkan mayoritas responden mendukung diberlakukannya undang-undang antiburka di negeri itu.

Sekira 71 persen responden atau 7 dari 10 orang yang disurvei setuju jika Austria memberlakukan undang-undang larangan mengenakan burka di tempat-tempat publik. Hanya 23 persen responden yang menyatakan menolak undang-undang semacam itu.

Tidak diketahui berapa jumlah muslimah yang tinggal di Swedia mengenakan burka. Kalaupun ada, masyarakat Swedia berpikir bahwa para muslimah itu mengenakan burka karena perintah suaminya. Sementara surat-surat kabar Swedia menulis bahwa sebagian besar muslimah berburka yang terlihat di Swedia adalah para turis kaya, yang biasanya berbelanja di Wina atau tempat-tempat wisata lainnya.

Namun, Menteri Urusan Perempuan Swedia dari Partai Sosial Demokratik, Gabriele Heinisch-Hosek mengisyaratkan bahwa ia bisa saja memberlakukan aturan untuk melarang burka seperti yang sudah diberlakukan di beberapa negara Eropa lainnya seperti Prancis dan Belgia.

Hasil survei yang menunjukkan bahwa tujuh dari sepuluh responden di Swedia mendukung undang-undang larangan burka, bakal memicu perdebatan publik dan politik seputar isu sejauh mana pemerintah Austria membantu komunitas Muslim di negeri itu untuk beintegrasi ke dalam masyarakat. Riset yang pernah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang tajam antara Muslimah dan perempuan asli Austria dalam hal kesempatan kerja.

Di Swedia, hanya empat dari 10 muslimah–yang kebanyakan keturunan Turki–yang mendapatkan pekerjaan, dibandingkan dengan jumlah perempuan Swedia asli yang bekerja dengan prosentase 68 persen. Partai-partai politik sayap kiri sukses mengkampanyekan antiimigran Muslim. (kw/AI)