Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Susan Rice, dalam pidatonya sebelum mengakhiri tugasnya menegaskan bahwa citra PBB telah tercoreng karena gagal melindungi rakyat Suriah. Rice menyayangkan veto yang menggagalkan resolusi Dewan Keamanan soal Suriah.
Berbicara di Gedung Putih, Selasa 25 Juni 2013, Rice mengecam Rusia dan China yang tiga kali melayangkan veto resolusi Suriah di Dewan Keamanan PBB. Hal ini, ujarnya, menyebabkan ratusan ribu orang tewas di Suriah.
“Saya menyesalkan Dewan Keamanan yang gagal menentukan sikap saat lebih dari 90.000 orang di Suriah terbunuh dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal,” kata Rice, dilansirBBC.
“Dewan Keamanan yang tidak berbuat apa-apa di Suriah adalah aib moral dan strategis yang akan tercatat dalam sejarah,” lanjutnya lagi.
Rusia dan China melayangkan veto mereka dalam sidang Dewan Keamanan tahun 2011 dan dua veto lagi tahun 2012, mencegah PBB mengeluarkan kutukan untuk kekerasan di Suriah, menuntut penghentian pelanggaran HAM oleh pasukan Suriah dan mengancamnya dengan sanksi non-militer.
Rusia berdalih, resolusi ini menunjukkan bahwa DK PBB telah memihak dalam sebuah perang saudara. Rice mengatakan, aksi Rusia ini tidak lain karena negara itu punya hubungan bisnis dengan Suriah.
“Untuk isu-isu penting lainnya seperti Iran dan Korea Utara, dan banyak lagi, kita berhasil mencapai satu suara,” ujarnya.
Setelah tidak menjabat lagi di PBB, Rice ditarik Presiden Barack Obama sebagai penasehat keamanan nasional AS. Menggantikan Rice, Obama telah menunjuk Samantha Power, peraih Penghargaan Pulitzer, mantan penasehat Gedung Putih dan seorang professor dari Harvard. (Viva/BBC/KH)