Hasil survey terbaru yang dilakukan Pew Global Attitudes Project menunjukkan adanya perbedaan yang makin tajam antara Muslim dan Barat dari cara mereka memandang satu sama lain dalam berbagai persoalan, mulai dari serangan 11 September sampai persoalan demokrasi.
Hasil survey yang dirilis Kamis (22/6) melibatkan 14.000 responden Muslim dan non Muslim dari 13 negara. Temuan-temuan dari hasil suvei antara lain; mayoritas responden Muslim di beberapa negara tidak berpikir bahwa orang-orang Arablah yang bertanggung jawab atas peristwa Black September, mayoritas masyarakat Barat di beberapa negara masih menilai Muslim tidak menghormati kaum wanita. Baik Muslim maupun Barat saling tuding bahwa mereka fanatik dan tidak toleran.
Hal lainnya yang terungkap dari survey tersebut antara lain, dukungan terhadap Usamah bin Ladin dari kalangan Muslim ternyata mengalami penurunan dan mayoritas Muslim meyakini demokratisasi bisa berjalan di negara-negara Islam.
Mengomentari hasil survey yang dilakukannya, Pew Global Attitudes Project menyatakan, hasil surveynya itu bisa menjadi acuan bagi pengambilan kebijakan luar negeri dan diterapkannya metode diplomasi yang lebih baik.
"Kalangan yang ekstrim telah mendapatkan saluran untuk berbicara," kata Madeleine Albright, mantan Menlu AS yang juga salah satu ketua proyek ini.
"Pandangan dari kalangan yang ektrim, dalam melihat kalangan lain sudah menjadi kelaziman. Kita punya tendensi untuk melihat Islam sebagai monolitik. Kita memandang sama semua orang dan kita melihat semua orang sebagai teroris," sambung Albright.
Di antara negara-negara Barat yang disurvey, opini-opini yang cukup baik terhadap Muslim terjadi di negara Inggris dan Perancis dengan prosentase masing-masing 63 dan 65 persen. Sebanyak 54 persen responden asal AS juga memiliki pandangan positif tentang umat Islam dan 55 responden menilai hubungan antara Muslim dan masyarakat Barat pada umumnya cukup baik.
Hal serupa juga terjadi pada responden Muslim yang tinggal di negara-negara Eropa. Mereka memiliki pandangan yang cukup baik tentang umat Kristen. Prosentasenya pun sangat tinggi yaitu 91 persen untuk responden Muslim di Perancis dan 82 persen untuk responden Muslim di Spanyol.
Sikap anti Yahudi masih tetap tinggi di negara-negara Muslim, dengan prosentase tertinggi di Yordania sebesar 98 persen dan 97 persen di Mesir.
Mayoritas Muslim yang disurvey di empat negara Barat dan enam negara Muslim menyatakan mereka tidak percaya orang-orang Arab telah melakukan serangan 11 September. Namun menurut direktur proyek Andrew Kohut, hasil survey untuk masalah ini sangat dipengaruhi oleh emosi responden.
"Emosi yang kuat tentang sesuatu hal bisa mengabaikan rasionalitas. Orang banyak menolak untuk mempercayai hal-hal yang nampaknya benar dan tidak terbantahkan," kata Kohut.
Perang di Irak juga berdampak pada cara pandang Muslim dan Non Muslim. Albright mengatakan, "Irak merupakan bencana bagi kebijakan luar negeri AS. Masalahnya lebih dalam daripada Irak, tapi perang Irak telah membuatnya bertambah buruk."
John Danforth, salah satu ketua proyek yang juga mantan senator AS dan pernah menjadi duta besar AS di PBB mengatakan, jika masalahnya adalah agama, maka agama seharusnya bisa merespon setiap permasalahan itu. Ia menyerukan pada para pemimpin agama untuk mencari jalan guna menjembatani jurang pemisah antara Muslim dan Barat.
Hasil survey juga menunjukkan, baik Muslim maupun masyarakat Barat memiliki pandangan yang buruk antara satu dengan yang lain. Kebanyakan responden Muslim di negara-negara Muslim mengatakan bahwa masyarakat Barat rakus, tidak bermoral, egois dan arogan. Sedangkan masyarakat Barat memandang Muslim sebagai masyarakat yang fanatik, arogan dan keras.
Tapi menurut Kohut, rasa ketidaknyamanan Muslim terhadap masyarakat Barat jauh lebih besar dibandingkan dengan apa yang dirasakan masyarakat Barat terhadap Muslim.
Hasil survey di Nigeria menunjukkan fakta yang cukup mengejutkan. Kalau disejumlah negara Muslim dukungan terhadap Usamah bin Ladin menurun, di Nigeria justru meningkat dalam kurun waktu tiga tahun belakangan ini, dari 44 persen pada Mei 2003 menjadi 61 persen pada tahun ini. Sementara di Pakistan, dukungan menurun dari 51 persen pada Mei 2005 menjadi 38 persen pada tahun ini.
Dukungan kalangan Muslim terhadap aksi bom bunuh diri juga menurun pada tahun ini, meski porsi yang mendukungnya juga masih cukup besar. Di kalangan Muslim Nigeria misalnya, 46 persen responden menyatakan aksi bom bunuh diri dibenarkan dalam rangka membela Islam. Tapi mayoritas Muslim di Perancis, Spanyol, Inggris dan Jerman menyatakan, apapun alasannya aksi bom bunuh diri tidak dibenarkan.
Dari sekian banyak hasil survey, ada satu hal yang sama-sama disetujui baik Muslim maupun Barat, bahwa hubungan keduanya secara umum memang buruk dan perlu adanya perubahan.
"Kami tidak secara khusus memfokuskan pada hubungan antar agama di dunia. Ini bukanlah satu kali pertemuan yang menentukan, tapi keteguhan untuk melakukan dialog," kata Danforth. (ln/IHT)