Survei: Umat Islam Tak Anti-Barat

Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa umat Islam tidak anti-Barat, bahkan mengagumi nilai-nilai budaya Barat yang positif. Cuma, umat Islam menilai Barat munafik dalam melaksanakan nilai-nilai positif itu dan mereka sering melakukan tindakan yang tidak menghormati umat Islam.

Hasil survei tersebut dirilis dalam bentuk buku berjudu "Who Speak for Islam? What a Billion Muslim Really Think." Buku ini mengurai fakta bagaimana sebenarnya Muslim memandang Barat dan bagaimana kesalahpahaman kerap terjadi antara Barat dan Muslim, yang terkadang dipicu oleh para politisi dan media massa sehingga menimbulkan kecurigaan dan konflik.

Menurut salah seorang penyusun buku, Dalia Mogahed, persoalannya lebih pada masalah kebijakan dan bukan masalah prinsip. "Meski sentimen anti-Amerika dan anti-Bush meluas, Muslim di seluruh dunia mengatakan bahwa sebenarnya mereka mengagumi nilai-nilai Barat, seperti kebebasan berpendapat, konsep demokrasi, kemajuan teknologi dan akses terhadap ilmu pengetahuan, " kata Mogahed.

Tapi, lanjutnya, konflik antara Muslim dan masyarakat Barat tidak bisa dihindari. "Ketika kami menanyakan pada umat Islam apa yang bisa dilakukan Barat untuk meningkatkan mempererat hubungan dengan dunia Islam, jawaban yang sering diberikan adalah, Barat harus lebih menunjukkan rasa hormatnya pada Islam dan menghargai umat Islam sebagai umat manusia yang setara dan bukan umat yang lebih rendah, " papar Mogahed.

Survei dilakukan oleh lembaga survei internasional Gallup, yang mengklaim survei itu sebagai survei pertama yang paling konprehensif tentang pandangan dunia Islam terhadap Barat. Survei melibatkan 50 ribu responden dari 35 negara Muslim.

Di sisi lain, banyak juga umat Islam dalam survei tersebut yang merasa bahwa Barat tidak menghormati mereka dan Barat bersikap munafik atas nilai-nilai mereka sendiri. Misalnya, konsep demokrasi yang menurut sebagian besar responden cuma lips service negara-negara Barat, yang dicoba diterapkan di dunia Islam.

Contohnya, dalam kasus pemilu di Palestina tahun 2006 ketika Hamas secara demokratis dan fair keluar sebagai pemenangnya, AS dan Israel tidak mau mengakui kemenangan Hamas dan melakukan berbagai upaya untuk menumbangkan pemerintahan Hamas.

Mogahed mengungkapkan, lebih dari 65 persen responden dari Mesir, Yordania dan Iran meyakini bahwa AS tidak akan membiarkan masyarakat di negara mereka untuk menentukan masa depan politik mereka sendiri tanpa pengaruh langsung dari AS.

Mogahed menambahkan, salah satu faktor yang ikut mempengaruhi pandangan Muslim terhadap Barat atau sebaliknya, adalah pemberitaan di media massa. Dari analisis pemberitaan di media massa, kata Mogahed, menunjukkan bahwa televisi-televisi AS kebanyakan menampilkan informasi yang "sangat negatif" tentang Islam.

Pandangan negatif Muslim terhadap Barat yang paling rendah, menurut hasil survei, terlihat dalam isu Israel, perang di Irak dan konflik di Palestina. Pandangan Muslim terhadap Barat yang cukup positif terjadi di negara-negara sub-Afrika, khususnya di Sierra Leon, karena AS dan Inggris memberikan banyak memberikan bantuan di wilayah itu. (ln/al-araby)