Masyarakat AS lebih senang hukuman mati daripada hukuman penjara bagi Usamah bin Ladin, jika pemimpin Al-Qaidah itu tertangkap. Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan Associated Press (AP) dan Ipsos.
Survei dilakukan di sembilan negara. Hasil survey menyebutkan, mayoritas responden-bahkan di negara yang tidak memberlakukan hukuman mati- menginginkan hukuman mati bagi Usamah. Dari sembilan negara yang disurvei itu, hanya AS dan Korea Selatan yang masih memberlakukan hukuman mati.
Hasil survey menunjukkan, 62 persen responden di AS mendukung hukuman mati terhadap bin Ladin dan 36 persen lebih memilih hukuman penjara seumur hidup.
"Dia sudah bertindak dengan penuh kebencian, " kata Tieara Causell, 19, berkomentar tentang Usamah.
"Apa yang telah dia lakukan sungguh mengerikan, dan saya pikir dia harus mati, " sambung Causell, responden asal Michigan.
Hasil serupa juga didapat dari para responden di Meksiko, 54 persen responden setuju dengan hukuman mati bagi bin Ladin. Begitu juga sebagian besar responden di Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Korea Selatan dan Spanyol, dengan margin dua banding satu, yang mendukung hukuman mati bagi bin Ladin.
Merespon hasil survei tersebut, para akademisi menilainya sebagai hal yang wajar jika banyak orang yang menginginkan hukuman mati bagi tokoh yang tidak populer. Survei yang dilakukan AP-Ipsos pada Februari 2006 misalnya, menunjukkan bahwa 57 responden mendukung eksekusi atas Saddam Hussein.
Namun dari survei itu juga terungkap, di AS, dukungan terhadap hukuman mati prosentasenya rendah di kalangan responden yang tingkat pendidikannya lebih baik, memiliki pendapatan cukup tinggi, dan usianya relatif muda.
Di Italia, hasil survei menunjukkan sebagian besar respondennya lebih memilih hukuman penjara seumur hidup bagi bin Ladin dibandingkan hukuman mati. "Dia harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara, dijauhkan dari kontak dengan apapun yang memungkinkan dia bisa berkomunikasi dan melakukan tindakan berbahaya lagi, " kata Mauro Cosmai-profesor psikologi di Universitas Roma-berpendapat tentang Usamah bin Ladin.
Mereka yang lebih mendukung hukuman penjara, punya opini berbeda-beda. Katrin Beissert, 16, responden asal Jerman mengatakan, "Saya tidak percaya, di masyarakat dilakukan praktek sistem balas dendam. "
Hasil survei AP-Ipsos juga menunjukkan bahwa mayoritas responden di AS, atau sekitar 69 persen tetap mendukung hukuman mati bagi pelaku pembunuhan, meski pelakunya bukan tokoh seperti bin Ladin. Begitu juga di Inggris, dalam prosentasenya yang lebih tipis. Hanya Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Spanyol yang menentang hukuman mati bagi pelaku pembunuhan warga biasa.
Di sisi lain, dari hasil survei juga terungkap, walaupun mayoritas responden di AS mendukung hukuman mati bagi pelaku pembunuhan, enam dari sepuluh responden mengaku tidak yakin hukuman mati bisa mengurangi kasus-kasus pembunuhan. Dan jika hukuman mati dilakukan, 69 persen responden di AS lebih menyukai cara penyuntikan dibandingkan dengan cara digantung, ditembak, disetrum atau menggunakan gas.
Mayoritas responden di AS, boleh-boleh saja mendukung hukuman mati bagi Usamah bin Ladin. Sejumlah tokoh Al-Qaidah bahkan diklaim sudah tertangkap, namun sampai detik ini, AS belum berhasil menangkap tokoh yang paling diburunya itu, pascaserangan 11 September 2001. Para tokoh Al-Qaidah malah mengatakan bahwa Usamah masih menghirup udara bebas dan bersembunyi di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan. Selain itu, banyak kalangan skeptis tentang tokoh Usamah bin Ladin. Mereka curiga, jangan-jangan tokoh ini hanya rekayasa AS untuk membenarkan kampanye perangnya melawan teror.
Survei AP-Ipsos ini dilakukan sepanjang bulan Februari, kecuali di Kanada yang baru dilakukan pada tanggal 3-5 April kemarin. Jumlah responden di masing-masing negara sekitar seribu orang. Kecuali di Meksiko, yang melibatkan 1. 200 responden. Survei dilakukan dengan cara wawancara lewat telepon.(ln/arabworldnews/miamiherald)