Para pakar di AS menyatakan, kebijakan pemerintahan Presiden George W. Bush terhadap Iran menimbulkan dampak negatif pada keamanan nasional AS.
Hal tersebut terlihat dari survei yang dilakukan Center for American Progress and Foreign Policy. Lebih dari 80 persen pakar yang disurvei mengatakan bahwa kebijakan AS atas Iran selama pemerintahan Presiden Bush akan berakhir dengan kegagalan. Hasil survei juga menunjukkan, 3/4 responden meyakini bahwa Bush tidak punya kapabilitas dalam menangani isu nuklir Iran.
Pemerintahan Bush selama ini berusaha memunculkan opini publik bahwa program nuklir Iran yang berada di bawah pengawasan IAEA, adalah ancaman bagi komunitas internasional. AS menuding Iran mengembangkan fasilitas nuklirnya untuk membuat senjata nuklir. Padahal menurut IAEA, Iran baru mampu mengayakan uranium-235 sebesar 3, 7 persen. Sementara untuk memproduksi senjata nuklir, pengayaan uraniumnya harus sudah mencapai 90 persen.
Namun AS tidak peduli dengan hasil pemantauan IAEA terhadap nuklir Iran. Presiden Bush tetap menuding Iran sedang membuat persenjataan nuklir dan mengancam akan melakukan serangan militer ke fasilitas-fasilitas nuklir Iran jika Negeri Para Mullah itu terus melakukan pengayaan uraniumnya.
Iran membantah semua tudingan AS dan dengan sabar mengikuti proses-proses dialog dengan negara-negara penentang nuklir Iran. Meski demikian, Iran memperingatkan tidak akan segan-segan melakukan semua langkah yang dianggap perlu jika ada negara lain yang berani menyerang Iran.
Salah satu langkah yang akan dilakukan Iran jika diserang adalah menutup Selat Hormuz, selat yang strategis karena menjadi jalur lalu lalang kapal-kapal pembawa minyak dan penghubung antara negera-negara penghasil minyak dengan kawasan laut bebas.
Survei yang dilakukan oleh Center for American Progress and Foreign Policy juga menanyakan pendapat para pakar tentang kebijakan AS di Irak. Hasil survei menunjukkan, setengah dari para pakar yang disurvei mengatakan bahwa kebijakan AS untuk tetap menempatkan militernya di Irak menjadikan justru menjadikan Iran muncul sebagai negara yang terkuat di Timur Tengah.
Para pakar itu juga mengatakan, sikap AS yang mengkambinghitamkan Iran atas aksi-aksi kekerasan di Irak hanya alasan pemerintahan Bush agar bisa memperpanjang keberadaan pasukannya di Irak dan akan menjadi basis AS jika Bush mewujudkan keinginannya untuk menyerang Iran. (ln/presstv)