Perdana Menteri sementara Suriah yang baru, Omar Ghalaonji, langsung memimpin rapat kabinet darurat, sehari setelah pendahulunya, Riyad Hijab, membelot ke kubu oposisi.
Kementerian Informasi Suriah mengatakan, rapat kabinet digelar untuk menunjukkan bahwa rezim Bashar al-Assad tetap berfungsi dan siapapun yang membelot akan digantikan oleh pejabat baru.
Amerika Serikat sebelumnya mengklaim pembelotan Perdana Menteri Suriah yang lama, Riyad Hijab menunjukkan bahwa rezim Assad mulai runtuh dari dalam.
Juru bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan pembelotan tingkat tinggi itu menandakan bahwa genggaman Presiden Assad atas kekuasaan semakin “melemah.”
“Jika ia tidak bisa menjaga keutuhan di lingkaran dalamnya, hal itu adalah refleksi dari ketidakmampuannya menjaga pengikut diantara rakyat Suriah yang tidak berada dibawah ancaman senjata,” kata dia.
“Momentumnya kini ada pada oposisi dan dengan rakyat Suriah.”
Dalam keterangannya, Perdana Menteri sementara Suriah, Omar Ghalaounji juga mengatakan, semua menteri ikut dalam rapat kabinet dan menyangkal sejumlah menteri ikut membelot.
Sementara itu, aktivis oposisi melaporkan bentrokan terbaru terjadi di utara Aleppo, ketika pasukan pemerintah Suriah membombardir dan berupaya menguasai kantong-kantong yang dikuasai kelompok pemberontak.
Sejumlah aktivis mengatakan, serangan bom yang dilakukan pasukan Suriah menyebabkan sekitar 200 orang tewas pada Senin (06/07) di beberapa tempat, seperti dilaporkan wartawan BBC di Beirut, Lebanon, Jim Muir.
Televisi pemerintah Suriah dalam laporannya menyatakan, pasukan pemberontak yang disebut “kelompok teroris” terus terdesak, dan pasukan Suriah berhasil merebut dua kantor polisi yang sebelumnya dikuasai kelompok pemberontak.(fq/bbc)