Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan, selama perdamaian belum tercapai di Timur Tengah, perang dengan Israel tidak bisa dihindari.
"Pada prinsipnya, kami mengira bahwa agresi Israel bisa terjadi kapan saja. Kita semua tahu bahwa Israel sangat kuat secara militer dan dia didukung oleh AS," kata Assad dalam wawancara dengan surat kabar Kuwait Al-Anbaa, edisi Sabtu (7/10).
"Kita tidak bisa memperdebatkan apakah kita siap atau tidak siap. Kita harus selalu siap," sambung Assad.
Presiden Suriah itu mengatakan, Israel telah mengabaikan proses perdamaian di Timur Tengah sejak Ariel Sharon naik ke tampuk pemerintahan pada 2001.
"Ini artinya, tidak akan ada perdamaian dalam waktu singkat. Jika tidak perdamaian, maka anda selayaknya berprasangka bahwa perang masih akan ada. Situasi di mana tidak ada perang, tidak ada perdamaian maknanya akan ada perdamaian atau ada perdamaian," papar Assad.
Ketika pecah perang Israel-Hizbullah kemarin, Suriah termasuk salah satu negara yang diwanti-wanti juga akan menerima serangan negara Zionis.
Sementara itu, secara terpisah Menteri Penerangan Suriah, Muhsin Bilal menyatakan, negaranya sudah memperhitungkan kemungkinan Israel menyerang Suriah.
"Suriah siap untuk menghadapi semua pilihan dan rencana jahat Israel menyusul kegagalannya di Libanon," ujar Bilal.
Menurut Bilal, pemerintahan Israel yang kini dipimpin PM Ehud Olmert mengalami krisis setelah kekalahan pasukan militernya di Libanon oleh para pejuang Hizbullah.
Menanggapi pernyataan keras Suriah, penasehat politik Amir Peretz-menteri pertahanan Israel-menyatakan bahwa posisi Suriah tidak bisa diremehkan.
"Apa yang dikatakan Assad harus diambil harus ditanggapi dengan serius," kata Jenderal Amos Gilad.
"Sangat penting untuk mempelajari secara teliti pernyataan-pernyataan yang bernada mengancam itu. Untuk waktu yang cukup lama, pernyataan-pernyataan Assad sangat penting, tapi untuk saat ini pernyataanya tidak mengubah apapun. Ini bukan merupakan ancaman serius, " sambung Gilad sesumbar. (ln/alz)