Televisi pemerintah Suriah mengecam pemimpin kelompok perlawanan Palestina Hamas yang lebih memilih mendukung pemberontakan terhadap rezim Bashar al-Assad.
Suriah dulunya menyambut Hamas pada tahun 1999 setelah pihak berwenang Yordania mengusir pemimpin Hamas di pengasingan, Khalid Misyaal, atas tuduhan melakukan kegiatan terlarang di negara itu.
Hubungan Misyaal dan Assad, yang dibangun di atas permusuhan terhadap Israel, retak pada saat Assad menindak keras aksi protes oposisi yang berkembang menjadi pemberontakan bersenjata. Misyaal menutup kantor Hamas di Damaskus pada bulan Februari lalu dan meninggalkan negara itu.
“Suriah memeluk Misyaal seperti yatim piatu yang mencari tempat berlindung setelah negara-negara lain menutup pintu terhadapnya,” kata televisi Suriah dalam siaran pada Senin malam lalu.
“Sepanjang Anda berada dalam keadaan emosi mengenai penderitaan rakyat Suriah, Misyaal, mengapa Anda tidak memberikan perhatian yang sama kepada rakyat Palestina di wilayah yang diduduki …?” TV Suriah mengatakan.
Suriah dan Iran membentuk “poros perlawanan” dengan gerakan Syiah Hizbullah Lebanon dan kelompok militan Palestina untuk menentang Israel, yang telah menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza sejak tahun 1967 dan juga menduduki Lebanon selatan selama dua dekade.
Namun Hamas, yang akar ideologisnya berasal dari Ikhwanul Muslimin Sunni Islam, menjauhkan diri dari Assad tahun lalu saat Assad menindak keras pengunjuk rasa mayoritas Muslim Sunni.
Kepemimpinan politik Hamas saat ini pindah ke Mesir, yang kini memiliki pemerintahan yang dikuasai kelompok Islam setelah penggulingan Presiden Hosni Mubarak tahun lalu.
Misyaal sendiri pindah ke Qatar, negera Teluk Muslim Sunni yang telah mendukung pemberontak berjuang untuk menggulingkan Assad.
Serangan verbal TV Suriah tampaknya menjadi reaksi terhadap penampilan Misyaal di sebuah konferensi partai berkuasa Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan pada hari Minggu lalu, di mana dalam acara itu Erdogan kembali menyerukan Assad untuk mundur.(fq/afp)