Suriah kini sedang menyaksikan bangkitnya kembali Islam yang terinspirasi dari kemenangan-kemenangan kelompok Islamis di sejumlah negara Arab, Hamas misalnya. Saat ini, makin banyak pemuda Suriah yang pergi sholat Jumat ke masjid-masjid, kaum wanitanya makin banyak yang berjilbab dan belajar Al-Quran secara privat.
"Hampir 30 persen laki-laki Suriah sholat Jumat di 9.000 masjid yang ada di Suriah. Kami menyaksikan kebangkitan reliji yang membawa kembali nilai-nilai Islam," kata anggota parlemen Muhammad Habash yang juga mengetuai Islamic Studies Center di Damaskus.
Indikasi kembalinya nilai-nilai Islam di Suriah juga terlihat di sejumlah restoran yang ada di tepi-tepi sungai Barada, sebuah lokasi santai di dekat ibukota Suriah. Restoran-restoran itu kini banyak yang tidak lagi menawarkan minuman beralkohol. Toko-toko buku yang menjual buku-buku tentang hukum syariah makin banyak, begitu juga pertunjukan-pertunjukkan budaya Islam dan pertunjukkan untuk penggalangan sumbangan sosial juga kerap digelar di kota-kota seperti Aleppo, Idleb dan Hama.
Para analis berpendapat, situasi politik dan sosial di Suriah menjadi salah satu faktor populernya kembali nilai-nilai Islam di negeri itu. "Situasi sosial dan ekonomi yang memburuk, korupsi dan kediktatoran menyulut munculnya kembali trend aktivis Islam dan menjadikannya lebih banyak mendapat perhatian masyarakat," kata Akram al-Bunni, mantan aktivis komunis di Suriah. Ia menyatakan, menghalang-halangi reformasi politik untuk menghindari gerakan-gerakan yang bersifat keagamaan, ibaratnya ‘menyerahkan kaum muda ke tangan para Islamis’.
"Kelompok Islamis mengadopsi strategi infiltrasi ke dalam masyarakat kalangan bawah, terima kasih karena Saudi sudah memberikan bantuan finansialnya," ujar Rami, seorang mahasiswa fakultas jurnalistik di Damaskus.
"Arab Saudi sudah memberkan bantuan dana bagi pembangunan ratusan masjid, khususnya di wilayah Kristen dan Druze," sambung Rami.
Trend tokoh Islam yang moderat seperti Salah Kaftaro dan Muhammad Habash juga mulai mengemuka, dengan desakan adanya ‘Islam yang resmi’ untuk mengkonter kecenderungan munculnya para fundamentalis. Bersamaan dengan itu, pemerintah Suriah juga sudah mengesahkan sekitar 300 institusi agama untuk membuka pintunya dan memberikan pengajaran Islam mainstream dan konvensional dan pada saat yang sama terus mengawasi kelompok-kelompok ekstrim.(ln/middleeastonline)