Suriah mulai mendapatkan kiriman unit senjata meriam dan senjata anti pesawat terbang jenis Land-based Pantsyr-S1E defense systems dari Rusia.
Dalam terminologi NATO, mengenalnya sebagai SA-22 E, mirip dengan GRAD-70 yang dimiliki Marinir Indonesia.Demikian laporan harian Nezavisimaya Gazeta dalam situsnya kemarin (18/8).
Dalam laporannya, Suriah telah memesan peralatan perang tersebut dari Rusia sebanyak 50 unit yang menelan biaya sampai dengan US$ 900 juta. Dari sejumlah pihak yang berwenang didapat keterangan bahwa Rusia baru menyanggupi sekitar 34-36 unit.
Radio militer Rusia menyebutkan bahwa Rusia juga menyanggupi untuk melakukan hubungan lebih erat bukan saja dengan Suriah, tetapi juga Lebanon, dan Iran. Bulan Mei kemarin, majalah militer dunia Jane’s Defense Weekly melaporkan bahwa Suriah telah melakukan perjanjian kerjasama sistem pertahanan keamanan dengan Iran.
Beberapa bulan lalu, Israel mengecam Rusia karena negara Beruang Merah itu diduga kuat berada di belakang sistem persenjataan Hizbullah yang begitu kuat dan terbukti dalam perang tahun 2006 membuat Israel kewalahan. Namun kecaman Israel ini dibantah oleh Vitaly Shlykov, anggota Dewan Kementerian Luar Negeri dan Kebijakan Pertahanan, yang menyebut kecaman Israel sebagai ‘kekonyolan yang tidak lucu’.
Jerusalem Post sendiri melaporkan kerjasama Rusia dengan Suriah dengan nada yang negatif. Seperti diketahui, belakangan hubungan antara Suriah dan Arab terhadap Zionis-Israel memanas. Bahkan Suriah dan Arab telah mengatakan keduanya siap bersatu untuk menghadapi Israel jika sewaktu-waktu diperlukan. (Rizki)