Pada Sabtu, jumlah orang yang ditangkap bertambah menjadi 10. Polisi menyelidiki kemungkinan kaitan dengan kelompok ekstremis Islam.
Sebelum mengecam ekstrimis islam, Emmanuel Macron secara terbuka membela dan berada di sisi yang sama dengan mendiang guru sejarah itu.
Menurut Macron, apa yang dilakukan sang guru hanyalah mengajarkan tentang kebebasan pandangan dan pendapat. Dia mengutuk tersangka pembunuhan tersebut.
Saat mengunjungi sekolah tempat guru itu mengajar di kota Conflans-Saint-Honorine, Macron mengatakan “seluruh bangsa” siap membela guru dan bahwa “obskurantisme tidak akan menang”.
“Salah satu rekan kami dibunuh hari ini karena dia mengajar … kebebasan untuk percaya atau tidak,” kata Macron dikutip Channel News Asia (CNA), Sabtu (17/10/2020).
Dia mengatakan serangan itu seharusnya tidak memecah belah Prancis karena itulah yang diinginkan para ekstremis. Guru itu dikabarkan tewas dipenggal di dekat sekolah.
“Kita harus berdiri bersama sebagai warga negara,” tegas Macron.[]