Sekarang gambar peristiwa yang sering kita temui dimedia , adalah pesawat militer dari negara industri kaya lepas landas untuk mengebom pemberontakan di Mali. Di satu sisi para pejuang berbaris teratur dengan AK-47 naik truk pickup. Wartawan asing berdiri di depan monumen nasional memberitahu anda berita yang terbaru. Naikkan liputan berita konflik Mali dan anda akan dimaafkan bila berpikir Anda telah melihat semua cerita ini.
Perang media telah menjadi keseharian dan beberapa praktis sering menjadi masalah. Bagaimana Anda melaporkan perang di timur laut ketika Anda terjebak di sebuah hotel di Bamako, ratusan mil jauhnya di barat daya?
Dihadapkan dengan pasukan militer yang ramah dan melaporkan hanya dari ibukota dapat membuat anda akan jauh dari tindakan dan bahkan lebih jauh dari kebenaran. Beberapa media di Mali mengatakan telah menjadi “perang tanpa gambar”, dan jika itu karena pemerintah Perancis ingin cerita kepada jalan cerita yang lain kepada wartawan dunia.
Tapi tanggung jawab wartawan adalah lebih dari sekedar berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Tidak ada hal seperti pengamatan tanpa interpretasi dan kata-kata seperti ‘Islamis’, ‘kekejaman’ dan – terutama – ‘teroris’ yang mudah diucapkan tetapi tidak begitu mudah untuk menentukan status itu. Dan ketika wartawan menyelinap ke dalam situasi yang real ketahuilah ada banyak yang tidak sesuai dalam gambar.(Dz-Alj)