Milisi bersenjata Taliban mengancam akan melakukan penculikan dan penyanderaan kembali. Menurut jubir Taliban, Qari Yusuf Ahmad, aksi penculikan dan penyanderaan dianggap lebih efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pernyataan ini dikeluarkan setelah seluruh sandera asal Korea dilepaskan oleh Taliban dan diberangkatkan untuk tansit di Dubai, dan dipulangkan ke negara asal mereka di Seoul. Mereka sebelumnya telah ditahan Taliban selama enam pekan. Ke sembilan belas sandera yang dibebaskan oleh Taliban itu meninggalkan ibukota Afghanistan Kabul melalui pesawat PBB yang disewa oleh Seoul.
Taliban sebelumnya telah membunuh dua orang tawanan pria, dan membebaskan dua orang tawanan perempuan sebagai langkah awal yang menunjukkan niat baik mereka, di awal krisis tawanan tersebut. Menurut sumber-sumber diplomatik, para tawanan yang dibebaskan itu menangis dan saling berpelukan ketika mendengar berita bahwa dua rekan mereka tewas.
Sementara itu, pemerintah Korea Selatan membantah informasi yang menyebutkan bahwa pihaknya membayar sejumlah uang untuk pembebasan warganya dari pihak Taliban. Yang benar, menurut Korsel, pihaknya hanya berjanji akan menarik mundur seluruh pasukannya dari wilayah Afghanistan hingga akhir tahun ini. Seoul juga berjanji untuk menghentikan aksi Kristenisasi yang dilakukan sejumlah LSM Korea Selatan di Afghanistan. Beberapa hal itu menjadi bagian penting diplomasi yang dilakukan Korea Selatan dengan Taliban.
Melihat pembebasan yang dilakukan cukup cepat oleh Taliban, PBB meminta agar Insinyur asal Jerman dan empat orang Afghan yang saat ini disandera Taliban, juga dibebaskan. Utusan khusus PBB di Afghanistan mengatakan, “Aksi penculikan dan pembunuhan harus dihentikan. ”
Sikap Korea Selatan yang memenuhi tuntutan Taliban juga mengundang kritik keras dari sejumlah negara, antara lain Jerman. Mereka memprotes sikap Korsel yang mau tunduk dengan tuntutan Taliban agar menarik pasukan Korsel dari Afghanistan demi pembebasan para sandera. (na-str/aljzr)