Situasi chaos dan pertumpahan darah berlangsung terus di ibukota Tripoli, antara kelompok penentang Presiden Muammar Gadhafi dengan militer yang setia dengan pemimpin Libya. Sudah lebih 1000 orang yang tewas, dan lebih 6000 orang lainnya yang mengalami luka-luka.
Dengan menggunakan helikopter dan pesawat tempur, Gadhafi menghadapi gerakan rakyat yang ingin menggulingkannya. Sepanjang hari Selasa, kekerasan atau lebih dikenal dengan ‘pembantaian’ (massacre) terhadap rakyat terjadi. Mirip seperti Rwanda, Bosnia atau Kosovo. Bagaimana kekejaman yang dilakukan pasukan militer Libya menembaki para kelompok yang melakukan aksi protes dengan membabi buta. Tanpa ada belas kasihan.
"Akan menggunakan peluru sampai yang terakhir", ujar Saif al-Islam, putra tertua Gadhafi, menanggapi aksi protes rakyatnya itu. Namun, menurut sumber dari angkatan bersenjata di ibukota Tripoli, menyatakan, bahwa militer Libya sudah pecah. Nampaknya, Gadhafi sudah kehilangan kontrol atas militer.
Menurut saksi mata yang melihat langsung peristiwa yang terjadi di ibukota Tripoli, mayat-mayat berserakan di jalan-jalan, dan darah di mana-mana, dan tak ada yang dapat melakukan pertolongan terhadap para korban, karena militer terus melakukan tembakan tanpa henti. Sementara itu, helikopter melakukan tembakan dari udara terhadap kerumunan massa, yang membakari gedung dan kantor-kantor di ibukota.
Situasi di ibukota Tripoli sangat luar biasa, di mana perlawanan rakyat terus berlanjut sepanjang hari, dan mereka melawan pasukan militer yang menggunakan senjata otomatis. Inilah situasi yang sangat memprihatinkan. Sejumlah tokoh dunia telah meminta agar Gadhafi menghentikan pembantaian terhadap rakyat sipil.
Sekjen PBB Ban ki Moon, menyerukan agar diakhiri kekerasan yang terjadi di ibukota Tripoli, dan perlindungan kepada rakyat sipil. Human Right Wacth melihat korban-korban yang bergelimpangan di jalan-jalan, akibat disapu dengan tembakan senjata yang menggunakan peluru tajam.
Presiden Muammaar Gadhafi menyatakan, bahwa dirinya masih tetap berada di Libya, dan mengontrol selulruh situasi yang ada, dan tidak akan mengundurkan diri dari kekuasaannya. (mh/tm)