Dewan Keamanan Israel bertekad melanjutkan perangnya ke wilayah Ghaza, padahal sudah lebih dari 100 orang sipil Palestina meregang nyawa dalam aksi militer Israel yang dilakukan ke Ghaza dalam tiga pekan ini. Bukan hanya itu, sepertiga dari total korban tewas adalah anak-anak.
Sejak tanggal 2 November lalu, tentara Israel memperluas eskalasi militer nya di Ghaza termasuk di dalamnya peristiwa pembantaian keji terhadap warga Palestina di Beit Hanun, utara Ghaza yang memakan korban lebih dari 20 orang sipil, mayoritas adalah anak-anak dan kaum perempuan.
Sikap Israel ini menurut sejumlah pengamat militer Zionis sendiri, dilakukan sebagai balasan atas terbunuhnya dua orang penduduk sipil Israel beserta puluhan lainnya yang terluka, akibat sejumlah rudal yang terus menerus dilontarkan pejuang Palestina ke sejumlah pemukiman imigran gelap penjajah Israel. Tapi operasi militer Israel yang ditargetkan dapat menghentikan peluncuran rudal pejuang Palestina itu ternyata, nihil. Pejuang Palestina justeru mampu melontarkan rudal secara bertubi-tubi ketimbang sebelum mendapat serangan militer di Ghaza.
Menurut sumber politik Zionis, Dewan Menteri Penjajah Zionis menyepakati poin penting hari Rabu (22/11) bahwa mereka akan melanjutkan aksi militernya di Ghaza. Keputusan itu dilakukan lantaran hampir setiap hari dan sangat intensifnya rudal-rudal pejuang Palestina menghujani sejumlah lokasi Israel. Masih menurut sumber tersebut, tentara Israel dilaporkan akan lebih fokus mengarahkan serangannya ke berbagai unit pelontar rudal dari pejuang Palestina dan menghalangi upaya penyusupan bahan peledak dan persenjataan dari wilayah Mesir ke Ghaza.
Berdasarkan informasi departemen kesehatan Palestina, jumlah para syuhada yang gugur sejak awal bulan ini hingga 21 November sudah mencapai 101 orang. Serangan militer yang dilakukan Israel di Ghaza, diperkirakan setiap hari memakan korban lima orang. Namun, ini belum juga membuat penjajah Israel puas. (na-str/pic)