Sebanyak 14 anggota parlemen Inggris meminta PBB dan masyarakat internasional melaksanaan resolusi Dewan Keamanan terhadap Israel terkait masalah Palestina.
Dalam surat tuntutan yang dipublikasikan harian Inggris Guardian, Rabu (12/07/06), mereka menentang negaranya ikut dalam konspirasi Amerika-Israel di Palestina. Sebelumnya, para akademisi dan lembaga pendidikan Inggris juga telah melakukan boikot terhadap lembaga pendidikan Zionis Israel.
Dalam tuntutannya, ke-14 anggota parlemen di London secara jelas meminta agar Israel memberikan hak-hak Palestina yang dirampas 39 tahun silam. Mereka juga mendukung pemerintahan Palestina yang dipimpin Hamas setelah dipilih secara demokratis dalam pemilu 25 Januari lalu.
Ada delapan poin tuntutan yang diajukan angota parlemen Inggris. Pertama, Inggris tidak boleh masuk dalam perangkap konspirasi Amerika, Eropa dan Israel dalam menghadapi rakyat Palestina. Kedua, Inggris harus kembali memberikan dana bantuanya untuk pemerintah Palestina. Ketiga, Israel harus melepaskan embargonya terhadap rakyat dan pemerintahan Palestina yang terpilih secara demokratis. Keempat, Israel harus menyerahkan pajak yang ia ambil dari rakyat Palestina kepada pemerintahan Hamas.
Kelima, Israel secapatnya menghentikan agresi militernya di wilayah Palestina. Keenam, Israel harus membebaskan sejumlah pejabat yang ditawan Israel serta semua tawanan Palestina yang ditahan tanpa prosedur hukum. Ketujuh, PBB dan organisasi internasional, harus merealisasikan resolusi DK PBB terhadap Israel berkaitan dengan penarikan pasukan Zionis Israel dari wilayah Palestina jajahan 1967. Kedelapan, Inggris harus menghentikan transaksi perdagangan senjata dengan Israel, hingga negara itu mematuhi undang-undang internasional.
Sebelum ini, Persatuan Dosen dan Lembaga Guru Nasional Inggris yang beranggotakan 100 ribu akademisi, merilis pernyataan yang berisi boikot terhadap seluruh universitas rezim Zionis. Alasannya adalah ketidakpedulian para dosen, pengajar, dan pelajar Israel terhadap brutalitas dan diskriminasi Israel di Palestina.
Persatuan Dosen dan Lembaga Guru Inggris itu juga mengkritik diskriminasi terhadap universitas dan para pelajar Palestina. Setahun sebelumnya, lembaga ini juga telah memboikot universitas Heifa dan Brilan di Israel.
Tentu saja aksi boikot tersebut tidak didukung oleh pemerintah Inggris karena London merupakan sahabat dekat rezim Tel Aviv. Bahkan Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan sangat menyayangkan aksi boikot tersebut. Deplu Inggris juga berupaya mencegah realisasi aksi boikot tersebut.
Kuatnya lobi Zionis di negara-negara Barat termasuk Inggris menjadi factor utama kandasnya setiap gerakan anti Zionis. Selain itu rezim Zionis juga tidak akan tinggal diam menghadapi kebijakan yang akan mengancam kepentingan Tel Aviv.
Kejahatan rezim Zionis terhadap warga Palestina dalam enam dekade terakhir sudah sedemikian buruk sehingga masyarkat Eropa secara perlahan mulai menyadari identitas Israel yang sebenarnya. Media massa Barat pun sudah tidak mampu lagi menutupi brutalitas rezim Tel Aviv. Berdasarkan hasil polling pada bulan Oktober 2003, tak kurang dari 60 persen warga Eropa menilai rezim Zionis Israel sebagai ancaman terbesar terhadap perdamaian internasional. (was/pic)