Komisi pemilu Pakistan mengumumkan suami mendiang Benazir Bhutto, Asif Ali Zardari terpilih sebagai Presiden baru Pakistan, Sabtu (6/9). Kemenangan Zardari memang sudah dipredikis karena kecenderungannya untuk bekerjasama dengan AS seperti mendian isterinya. Ia berhasil meraih dukungan sebanyak 458 suara dari 702 suara di dewan legislatif Pakistan.
Pemilihan presiden oleh anggota dua majelis parlemen dan anggota empat dewan provinsi dilaksanakan di bawah penjagaan ketat aparat keamanan. Zardari sendiri saat ini memilih untuk pindah dari ke kediamannya yang lain, karena khawatir menjadi target pembunuhan terhadap tokoh-tokoh politik Pakistan seperti yang dialami Perdana Menteri Yousouf Raza Gilani hari Rabu kemarin.
Sebagai presiden baru, Zardari menghadapi sejumlah tantangan besar bagi negara Muslim yang berpenduduk 160 juta jiwa ini. Ia harus mampu meredam perlawanan kelompok-kelompok bersenjata yang menimbulkan ketidakstabilan keamanan Pakistan pasca mundurnya Pervez Musharraf.
Namun demikian, sebagai presiden, Zardari berhak membubarkan parlemen dan menunjuk panglima angkatan bersenjata serta mengetuai komite bersama militer-sipil yang tugasnya mengontrol senjata-senjata nuklir Pakistan.
Terpilihnya Zardari menguatkan analisa-analisa yang menyebutkan bahwa presiden yang akan terpilih di Pakistan adalah presiden yang masih berkiblat’ pada AS dan bahwa AS masih kuat menancapkan pengaruhnya di negeri yang terletak di Asia Selatan itu, karena AS memang mengincar senjata-senjata nuklir Pakistan. (ln/alrb)