Pusat Kajian Strategis Internasional di London menurunkan analisanya terhadap kondisi dunia di tahun mendatang. Kesimpulannya, bahaya terorisme Islam menjadi hantu yang paling mengancam perdamaian dunia dan akan terus bertambah.
Dalam Strategic Survey 2007, yang disusun oleh International Institute for Strategic Studies (IISS) disebutkan, di tahun mendatang peran AS di pentas internasional akan melemah disebabkan kegagalan AS di Irak. Karenanya AS tidak lagi menjadi ujung tombak untuk menyelesaikan permasalahan dunia di tahun mendatang.
Laporan itu mengingatkan situasi yang semakin parah, yakni perihal kepemilikan bom nuklir Iran pada tahun 2009 atau 2010. Dari sini, semakin mendesaklah langkah yang harus diambil untuk melakukan perlawanan terhadap ancaman perubahan yang mungkin terjadi dan menimpa kemanusiaan, dalam rentang waktu beberapa puluh tahun mendatang.
Secara keamanan, laporan IISS yang biasa dijadikan bagian penting kebijakan politik dan militer oleh Amerika menegaskan bahwa Al-Qaidah akan lebih fleksibel dan akan semakin mampu menghadapi berbagai serangan. “Kelompok Al-Qaidah teroris lebih mengembangkan diri pada aspek pengkaderan yang kuat yang bisa mengoperasikan aksi-aksi terorisme di seluruh dunia, ” tulis laporan IISS.
Sikap fleksibel Al-Qaidah, tambah laporan IISS, diperkirakan bakal mendapat dukungan dari berbagai elemen lainnya untuk berafiliasi kepadanya. Di antara dukungan itu diperkirakan datang dari organisasi yang bernama Al-Qaidah fi bilad Ar Rafidin dan Al-Qaidah fi Maghrib.
Menurut Direktur IISS, Dr John Chipman, dalam acara peluncuran hasil kajian tersebut, “Tantangan jangka panjang adalah melawan ideologi ekstrim yang bisa memicu tindak terorisme, di mana pihak Al-Qaidah mempunyai kemampuan baik dalam menyebarkan pemikirannya. ”
Terkait dengan ancaman kaum Muslimin yang tinggal di Barat, Menurut Chipman, saat ini kaum Muslimin yang menjadi korban kezaliman dari pihak lain harus diobati. Hal itu perlu di lakukan di seluruh dunia Islam.
Ia menambahkan, pentingnya melakukan reorientasi pemikiran dalam memandang masalah keseimbangan terkait hak individu dan masyarakat. “Kaum Muslim minoritas harus bisa diberian kesempatan lebih banyak untuk berasimilasi dengan masyarakat Eropa, ” ujarnya.
Masalah Irak juga dibahas dalam kajian tersebut. Soal penambahan pasukan AS di Baghdad laporan itu menyebutkan bahwa kemungkinan besar akan menjadi blunder bagi AS di mana kemampuan Al-Qaidah di Irak untuk menyerang kota menjadi semakin baik.
“Harus dilakukan intensitas upaya menemukan kesepakatn politik sebagai bagian terpenting di Irak, untuk memelihara capaian-capaian militer yang sudah ada, ” tulis IISS.
Sedangkan tentang Iran, laporan itu memprediksi bahwa Negara Para Mullah itu akan memiliki bon nuklir dalam beberapa tahun mendatang. Dan pada tahun 2008, pola interaksi politik dengan Iran memerlukan ketelitian lebih dalam.
“Kekhawatiran yang terus bertambah terkait bom nuklir Iran atau serangan AS ke Iran, kiini mulai menjadi pemikiran sejumlah pemimpin di Teluk, bahwa Iran adalah tetangga mereka yang tidak baik. Tapi bagaimanapun Iran tetaplah sebagai bagian dari negara Arab, sedangkan menjadi mitra AS adalah kepentingan mendesak, tapi itu memicu ketidaksukaan, ” demikian laporan tersebut. (na-str/bbc)