Selama hampir dua tahun ini, militer AS dianggap sudah melebih-lebihkan pemberitaan tentang peranan pimpinan Al-Qaidah di Irak, Abu Musab Al-Zarqawi dalam operasi-operasinya dengan target orang-orang AS dan warga Irak sendiri.
Surat kabar Washington Post edisi Senin (10/4) mengutip sebuah dokumen militer AS mengungkapkan bahwa militer AS sudah melakukan propaganda yang luas lewat strategi komunikasinya yang agresif untuk membentuk opini bahwa tokoh Abu Musab Al-Zarqawi adalah pejuang asing dan tokoh teroris di Irak, bahwa Al-Zarqawi telah menyebabkan penderitaan rakyat Irak lewat serangan-serangan terhadap infrastruktur di Irak dan bahwa Al-Zarqawi adalah tokoh yang menentang aspirasi rakyat Irak.
Tujuan dari kampanye AS itu, tulis Washington Post, untuk mengarahkan rakyat Irak agar membenci Al-Zarqawi. Propaganda licik yang dilakukan AS menggunakan berbagai media mulai dari selebaran, televisi, radio dan tulisan-tulisan yang dimuat lewat internet.
Dari dokumen-dokumen militer AS lainnya terungkap bahwa para pejabat tinggi di kemiliteran AS telah menggunakan media massa Irak dan media-media lainnya di Baghdad untuk mempublikasikan peranan Al-Zarqawi yang mereka istilahkan sebagai pemberontak di Irak.
Selain menyebarkan propaganda jahat yang menyesatkan rakyat Irak, pemerintah AS nampaknya juga malu untuk mengakui kalau milternya cukup kerepotan menghadapi perlawanan dari kelompok Al-Zarqawi dan kelompok-kelompok pejuang Irak lainnya. Kesan tertangkap dari pernyataan Kolonel Derek Harvey, mantan pejabat tinggi di dinas intelejen militer AS di Irak. Dalam sebuah pertemuan militer di Fort Leavenworth musim panas lalu, Harvey mengatakan, meski Al-Zarqawi dan kelompok pejuang asing lainnya melakukan aksi-aksi bom mematikan, mereka tetap hanya sebuah kelompok kecil.
Washington Post mengutip sebuah dokumen militer yang didapatnya mengungkap pernyataan Harvey yang mengatakan,"Fokus kita terhadap Zarqawi makin membesarkan gambaran tentang Zarqawi, jika anda akan… buat dia sebagai tokoh yang lebih penting daripada yang sesungguhnya dengan cara apapun."
Propaganda AS Korbankan Rakyatnya Sendiri
Secara terang-terangan, dokumen militer AS juga menempatkan ‘rakyat AS’ sebagai salah satu dari sekian banyak target propaganda mereka. Dari catatan hasil briefing tentang ‘strategi komunikasi’ AS di Irak yang disiapkan untuk Jenderal George W. Casey Jr, komandan tertinggi di Irak, disebutkan bahwa ‘rakyat AS di AS’ sendiri merupakan salah satu dari enam target utama propaganda perang AS di Irak.
Strategi itu dilakukan dengan sejumlah propaganda termasuk membocorkan dengan sengaja hal-hal yang sebenarnya sudah diseleksi oleh AS pada kalangan wartawan AS agar menjadi berita utama di surat kabar-surat kabar terkemuka AS. Dan ini sudah dilakukan dengan menggunakan umpan seorang reporter New York Times di Baghdad bernama Dexter Filkins.
Artikel Filkins tentang sebuah surat yang seolah-olah ditulis oleh Zarqawi dan tentang serangan-serangan bom bunuh diri Irak berhasil menghiasi halaman depan New York Times edisi 9 Februari 2004. Filkin sendiri pada Washington Post mengaku skeptis dengan keaslian dokumen-dokumen yang pernah didapatnya dan ia berusaha mendapatkan konfirmasi tentang keaslian dokumen itu pada para pejabat AS di luar kemiliteran.
Dokumen-dokumen militer AS menunjukkan bahwa militer AS sengaja mempermainkan rakyat Irak agar tidak menyukai Zarqawi. Para intelejen militer AS ikut memperkuat fakta itu dengan mengatakan bahwa tujuan dari program AS dengan memanfaatkan tokoh Zarqawi adalah untuk membentuk opini publik tentang kaitan perang di Irak dengan jaringan Al-Qaidah.
Padahal hasil resmi investigasi peristiwa 11 September tidak menemukan adanya kaitan antara Al-Qaidah dengan tumbangnya rejim Saddam Hussein di Irak dan membantah klaim yang selama ini dieksploitasi pemerintahan Bush untuk mencari pembenaran invasinya ke Irak.
Para pakar terorisme menyatakan pengaitan antara Zarqawi serta Al-Qaidah di Irak adalah hasil rekayasa intelejen AS. Menurut mereka, ada perbedaan besar dan ideologi yang berlainan antara operasi yang dilakukan Zarqawi dan Al-Qaidah. Usamah bin Ladin, kata para pakar itu, tidak pernah merekomendasi pemenggalan kepala atau penculikan terhadap warga Muslim, tidak seperti Zarqawi. Lebih lanjut para pakar teroris menyatakan anomali-anomali yang terjadi di Irak ‘sengaja’ dibiarkan untuk kepentingan konsolidasi kampanye anti terorisme yang dilancarkan pemerintahan Bush. (ln/iol)