Strategi Anti-Terorisme PM Inggris yang Baru, Sasarannya Masih Warga Muslim

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mengumumkan rencana langkah-langkah anti-terorisme baru yang akan dijalankan pemerintahannya, pada Rabu (14/11) dengan cara memperkuat pertahanan terhadap semua target-target potensial dan terhadap makin meningkatnya ancaman yang oleh Brown disebut berasal dari kalangan Muslim "radikal."

Di hadapan dewan legislatif parlemen Inggris, Brown mengatakan, langkah yang akan diambil termasuk meningkatkan keamanan-jika dinilai perlu-di stasiun-stasiun kereta api. Untuk tahap pertama akan difokuskan pada 250 stasiun tersibuk dan dianggap menghadapi resiko paling rawan terhadap serangan terorisme. Selain itu pengamanan di bandara, terminal, pelabuhan dan 100 lokasi lainnya yang dianggap sensitif juga akan ditingkatkan.

Menurut Brown, ia mengambil langkah itu menyusul hasil kajian yang menyebutkan bahwa ada kelemahan pada infrastruktur-infrastruktur pengamanan di Inggris, dan ini terlihat ketika polisi Inggris mengklaim berhasil menggagalkan serangan teror di London dan Glasgow.

"Kesimpulan dari kajian itu… Dibutuhkan sebuah langkah untuk lebih meningkatkan perlindungan-perlindungan secara fisik terhadap kemungkin serangan-serangan bom mobil, " ujar Brown.

Ia mengatakan, langkah peningkatan pengamanan juga akan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap para penumpang pesawat terbang beserta tas-tas bawaan mereka, membuat benteng-benteng pelindung dan zona kendaraan eksklusif di semua gedung dan lokasi-lokasi tempat berkumpul banyak orang di Inggris.

"Panduannya akan dikirim ke ribuan tempat seperti bioskop, gedung teater, restoran, hotel, tempat olah raga, pusat-pusat perdagangan, rumah sakit, sekolah dan tempat-tempat ibadah, " papar Brown.

Sekitar 160 orang penasehat bidang penanggulangan terorisme akan melatih pegawai-pegawai sipil agar dapat mengidentifikasi orang-orang yang dicurigai akan melakukan aktivitas terorisme.

Selama ini, pemerintah Inggris sebenarnya sudah melakukan langkah antisipasi terorisme yang super ketat. Lembaga pemerintah yang memantau kebebasan pribadi dalam laporannya pada parlemen tahun 2006 menyatakan, bahwa Inggris telah menjadi masyarakat "Big Brother" di mana kehidupan jutaan masyaraknya dimonitor mulai dari buaian bayi sampai kuburan. Ada lebih dari 4, 2 juta kamera pemantau tersebar di seluruh Inggris dan setiap orang bisa sampai 300 kali tertangkap kamera dalam satu hari.

Perusahaan-perusahaan juga memantau para pegawainya, dengan mengikuti gerakan mereka dengan menggunakan alat pelacak yang meggunakan satelit atau dengan menghitung berapa jumlah "klik" yang dilakukan para pegawai di komputernya masing-masing.

Strategi anti-terorisme baru yang dibuat Brown menegaskan bahwa keberhasilan strateginya sangat tergantung pada upaya mencegah anak-anak muda muslim dari pemikiran-pemikiran yang radikal.

"Pengedalian masjid-masjid mesti diperkuat agar bisa lebih baik membantu masyarakat dalam menghadapi aktivitas yang bisa memicu kebencian, " ujar Brown.

Ia menyatakan akan bekerjasama dengan para pemuka Muslim untuk mencegah anak-anak muda Muslim menjadi radikal, memberikan pelatihan bagi para imam, termasuk perlunya penguasaan bahasa Inggris oleh para imam.

"Mayoritas masyarakat, dari semua latar belakang dan keyakinan, mengutuk teroris dan tindakan mereka. Kami tidak boleh membiarkan siapa pun melakukan aktivitas teroris sebagai alat untuk memecah belah kita atau untuk mengasingkan kelompok masyarakat yang menganut keyakinan tertentu, " tandas Brown. (ln/iol)