Komunitas Muslim di Burma/Myanmar membatalkan rencana mereka untuk mengadakan perayaan Idul Adha, salah satu dari dua hari raya utama dalam kalender Islam, sebagai bentuk solidaritas dengan etnis Bengali-Muslim, yang dikenal sebagai Rohingya.
“Saudara-saudara kita sedang dibunuh dan desa-desa mereka sedang dibakar di Negara Arakan,” kata Myo Latt, seorang pemimpin senior dari Asosiasi Muslim Burma, seperti dilaporkan surat kabar The Irrawaddy pada hari Rabu kemarin 24 Oktober.
“Ini adalah untuk alasan bahwa kami tidak akan merayakan Idul Adha.”
Myo Latt mengatakan muslim Myanmar sering berkumpul untuk makan malam besar di ibukota Rangoon untuk menandai Idul Adha, yang akan dimulai pada 26 Oktober.
Namun mereka memutuskan untuk membatalkan perayaan tahun ini untuk pertama kalinya dalam memori hidup mereka selama penganiayaan terhadap Muslim Rohingya masih berkelanjutan.
Para pemimpin Muslim negara itu mengatakan bahwa pembatalan perayaan Idul Adha juga dipicu oleh kekhawatiran adanya serangan selama perayaan itu berlangsung.
“Dia [Myint Swe] memberitahu kita untuk tidak melakukan perayaan karena kurangnya keamanan,” kata tokoh masyarakat Muslim Hla Thein, mengacu pada kepala menteri di Rangoon.
Bentrokan sektarian meletus lagi minggu ini antara Buddha dan Muslim di negara bagian barat Rakhine.
Media resmi mengatakan Rabu kemarin bahwa dua orang tewas dan delapan orang lainnya terluka dalam kekerasan sejak hari Minggu, sedangkan 1.039 rumah telah dibakar.(fq/oi)