Inggris menyatakan tidak akan minta maaf atas keputusannya memberikan gelar kehormataan ksatria pada Salman Rusdi, penulis buku Ayat-Ayat Setan.
Dalam penegasannya, menteri dalam negeri Inggris John Reid menyatakan perlunya melindungi kebebasan berekspresi dalam politik dan sastra.
"Kami punya seperangkat nilai-nilai untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang telah memberikan kontribusinya pada bidang kesusasteraan, bahkan ketika ada orang lain yang tidak setuju dengan cara pandang kami, " ujar Reid usai memberikan ceramah di hadapan para pebisnis di New York, AS.
Ia menambahkan, "Kami punya hak untuk mengekspresikan pendapat dan toleransi kami pada pandangan-pandangan orang lain, dan kami tidak akan minta maaf untuk itu. "
Komentar Reid adalah komentar pertama dari pejabat pemerintah Inggris dan dibenarkan oleh kantor bidang media kementerian dalam negeri Inggris, setelah protes dan kecaman dari negara Pakistan dan Iran atas penghargaan pemerintah Inggris terhadap Salman Rusdi. Kedua negara itu, bahkan memanggil perwakilan pemerintah Inggris di negara masing-masing untuk menyampaikan keberatan mereka dan menyerukan negara-negara Muslim memutuskan hubungan diplomatik dengan Inggris.
Di Pakistan, berlangsung aksi unjuk rasa dengan membakar gambar-gambar Salman Rusdi dan Ratu Elizabeth II. Namun Reid tetap membela keputusan pemerintahnya untuk memberikan gelar kehormatan ksatria pada Rusdi. Dengan gelar itu, maka Salman Rusdi berhak mendapatkan panggilan kehormatan "Sir."
Di London, Menlu Irak Hoshyar Zebari hari Rabu (20/6) mengatakan, dirinya menghormati hak pemerintah Inggris memberikan penghargaan itu. Namun ia mengingatkan dampak penghargaan itu yang bisa menimbilkan persoalan.
"Irak adalah negara Muslim. Kami meyakini, bahwa dengan segala hormat, saya pikir saatnya tidak tepat untuk memberikan penghargaan tersebut, " kata Zebari. (ln/AP/ msnbc)