Para pemuka Islam di Denmark menyatakan tidak akan terprovokasi dengan munculnya-lagi-lagi kartun yang menghinakan Nabi Muhammad saw. Kali ini mereka akan mengambil langkah yang lebih jitu untuk menghadapi pelecehan yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan Danish People’s Party (DPP), salah satu partai anti imigran di Denmark.
Stasiun televisi Denmark pada Jumat (6/10) menayangkan sebuah cuplikan rekaman video amatir yang isinya memperlihatkan sejumlah pemuda dari organisasi kepemudaan DPP yang sedang mengikuti perkemahan musim panas pada bulan Agustus lalu. Dalam cuplikan video itu anak-anak muda itu menggelar lomba menggambar kartun yang melecehkan sosok Nabi Muhammad, minum-minum dan bernyany-nyanyi.
Gambar-gambar kartun Nabi Muhammad hasil buatan para amatir itu, kemudian dipublikasikan oleh harian yang dibagi-bagikan gratis, Nyhed Avisen edisi Sabtu.
Abu Laban, seorang imam di Copenhagen langsung mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan keputusan televisi Denmark menayangkan cuplikan video tersebut. Menurutnya, penayangan cuplikan video tersebut menimbulkan pertanyaan menyangkut etika penyiaran.
"Kami sudah bekerja sangat keras untuk menyelesaikan persoalan ini sejak muncul konflik awal tahun ini. Kali ini, situasinya berbeda. Tentu saja ini sangat menyedihkan, tapi kami semua tahu bagaimana sikap DPP terhadap umat Islam dan Islam, gambar-gambar itu tidak ditujukan untuk dipublikasikan," ujar Laban, yang mengorganisir perjalanan ke Mesir dan Libanon untuk mencari dukungan dari pemuka Islam di sana agar memprotes publikasi kartun Nabi Muhammad saw oleh surat kabar Denmark Jyllands Posten tahun lalu.
Juru bicara Danish Islam Community, Qassim Said menyatakan, ia tidak menginginkan masalah ini menjadi isu yang meledak. Menurutnya, tindakan yang ‘tidak bertanggungjawab’ itu adalah persoalan internal.
"Surat kabar yang mempublikasikannya hanya mencari popularitas," kata Said.
Menurut Said, perwakilan dari organisasi-organsasi Islam di Denmark akan bertemu dengan pemimpin redaksi surat kabar Avisen, David Trads untuk membicarakan masalah publikasi kartun tersebut.
Lebih lanjut, dalam pernyataannya pada situs Islamonline, Abu Laban mengatakan bahwa para pemuka Islam di Denmark akan segera mengundang sejumlah ulama terkait dengan penerbitan kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw.
"Kami mempertimbangkan untuk mengundang Imam Besar Al-Azhar dan ulama lainnya untuk membuka dialog," kata Laban.
Yildiz Akdogan, juru bicara organisasi pro integrasi Democratic Muslim, yang dibentuk setelah protes massa kasus kartun Jyllands Posten tahun lalu mengatakan, ia gembira partai-partai lain ikut mengecam kartun-kartun tersebut.
"Saya pikir, kartun-kartun itu terlalu bodoh dan absurd untuk memancing aksi unjuk rasa dan tindakan-tindakan lainnya dari warga Muslim," kata Akdogan.
"Tentu saja peristiwa ini bukan hal yang baik dan yang pasti tidak membuat upaya membangun sebuah jembatan menjadi lebih mudah. Tapi saya harap, peristiwa ini tidak akan meninggalkan dampak dalam waktu lama," sambungnya.
Bukan hanya warga Muslim yang mengecam munculnya kembali kartun-kartun yang melecehkan Nabi Muhammad saw. Organisasi kepemudaan partai-partai di Denmark, termasuk partai Liberal yang saat ini sedang berkuasa, juga mengkritik DPP. Sebagai aksi protes, mereka menyatakan tidak akan menghadiri acara-cara politik jika dalam acara itu juga hadir anggota DPP.
Anggota senior organisasi kepemudaan DPP. Kenneth Kristensen mengecam sikap itu dan menyatakan tidak akan ada permohonan maaf. Sejauh ini, pihak partai DPP sendiri belum memberikan komentar resmi. (ln/iol)