“Berdasarkan prakiraan ilmu falak, malam lailatul qadar akan terjadi pada hari Selasa pekan depan. ” Demikian salah satu bunyi kalimat dalam yang kini bertebaran melalui handphone kaum Muslimin di Saudi Arabia. Sementara di sejumlah situs internet, terjadi pula diskusi hangat yang cenderung meyakini bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam ke dua puluh tujuh bulan Ramadhan. Tapi hal ini tidak diterima oleh para ulama Saudi, karena dianggap menyalahi sunnah Rasulullah saw.
Pesan SMS di banyak hand phone umat Islam Saudi ditambah lagi dengan ungkapan “malam lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan. Carilah malam itu pada selasa malam tanggal 27 Ramadhan. Sebarkan SMS ini, maka anda akan mendapatkan pahalanya. ” Ada pula pesan SMS yang berbunyi, “Waktu pertemuan kita di masjidil haram hari Selasa malam pecan depan untuk menghidupkan malam paling mulia, malam lailatul qadar. Semoga Allah memberkahi Anda dan menjadikan ibadah di malam itu memperberat timbangan kebaikan Anda. ”
Sejumlah situs yang mengembangkan dialog beberapa hari ini ramai membicarakan dialog yang pernah dilakukan beberapa tahun dengan seorang yang bernama Mamduh bin Matab Jabirin, yang menegaskan bahwa ia telah meyakini malam lailatul qadar pada malam 27 Ramadhan. Menurut Jabirin dalam dialog ini, “Malam ini telah tetap terjadi di setiap tahun. Yaitu Selasa malam. Akan tetapi memang ada pergantian regular yang memindahkan malam ini dalam sepuluh hari terakhir, yakni malam tanggal 27, 23, 25, 21, 25, 29, 25, secara terus menerus. Dan pada tahun ini, tahun 1428 hijriah, malam lailatul qadar akan jatuh pada malam tanggal 27 Ramadhan, dan di tahun berikutnya tanggal 23 Ramadhan. Demikianlah perputarannya, sampai akhir zaman sesuai perputaran bumi. ”
Menurut Syaikh Abdul Muhsin Abikan, anggota majlis syuro di Saudi, “Informasi tentang lailatul qadar yang terjadi beberapa hari terakhir di sejumlah hand phone isinya memastikan malam terjadinya lailatul qadar, baik dengan petunjuk mimpi maupun analisa ilmu falak. Itu semua berlawanan dengan sunnah Nabi saw. Karena Rasulullah saw tidak pernah memberitakan kapan terjadinya malam itu secara spesifik. ”
Karena itulah dalam wawancara dengan harian Al-Okaz, Syaikh Abikan menegaskan, “Keliru bila melandaskan petunjuk mimpi atau ilmu apapun untuk menetapkanmalam lailatul qadar akrena Rasulullah saw hanya memberitakan bahwa malam lailatul qadar akan tetap disembunyikan waktunya agar umat Islam bersungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. ” (na-str/iol)