Situasi Jalur Gaza Tegang, Fatah-Hamas Saling Turunkan Pasukan

Presiden Palestina Mahmud Abbas memerintahkan aparat kepolisian dikerahkan ke seluruh Jalur Gaza untuk memulihkan keamanan di wilayah itu, menyusul pertikaian yang makin meruncing antara Hamas dan Fatah.

Pejabat keamanan senior Palestina yang menolak disebut namanya mengungkapkan, pengerahan aparat kepolisian itu merupakan yang terbesar di Gaza sejak kepolisian memegang tanggung jawab keamanan setelah penarikan mundur Israel dari Jalur Gaza tahun 2005.

Abbas memerintahkan aparat kepolisian siap siaga di Jalur Gaza beberapa jam setelah Hamas menentang larangan Abbas agar Hamas tidak menurunkan pasukannya di Jalur Gaza. Namun sejak hari Rabu (17/8) pagi kemarin, Hamas tetap memerintahkan pasukan polisinya untuk berpatroli di wilayah itu.

Sekitar 30 anggota pasukan baru yang dibentuk Hamas, dilengkapi dengan senjata dan mengenakan pakaian militer nampak berpatroli di kamp pengungsi Nusseirat, basis kuat Hamas di Jalur Gaza. Beberapa petugas patroli itu mengenakan ikat kepala bertuliskan "Qassam" yang diambil dari nama sayap militer Hamas Brigade Izzadin al-Qassam.

Patroli itu adalah perintah dari menteri dalam negeri Palestina yang berasal dari kelompok Hamas, Said Siyam, setelah tewasnya dua aktivis Hamas akibat tembakan sepanjang dua hari kemarin.

Saksi-saksi mata mengatakan, pasukan Hamas yang berpatroli juga dikerahkan ke jalan-jalan utama dari utara ke selatan Gaza. Beberapa di antaranya bahkan melakukan patroli berkeliling.

Ancaman Perang Saudara

Pertikaian antara pemerintahan Hamas dan Presiden Mahmud Abbas mulai mengemuka sejak Hamas berhasil mengalahkan Fatah dalam pemilu Januari lalu.

Abbas yang secara langsung mengontrol tiga angkatan dalam pasukan keamanan, menginginkan adanya aliansi yang akan memegang komando ketiga angkatan tersebut yang kini berada di bawah komando kementerian dalam negeri Palestina.

Situasi memanas ketika Siyam mengumumkan rencananya untuk membentuk pasukan baru yang akan berada langsung di bawah kontrolnya. Abbas memveto rencana yang akan melibatkan sekitar 3.000 pejuang dan akan diketuai oleh Jamal Abu Samhadana itu. Samhadana sendiri adalah seorang tokoh yang banyak berperan dalam serangan-serangan roket ke Israel dan tersangka kasus peledakan konvoi AS di Jalur Gaza pada tahun 2003.

Dalam keterangan persnya hari Rabu kemarin, Siyam menyatakan tidak akan mempedulikan larangan Abbas dan akan segera mengoperasikan pasukan barunya. Siyam beralasan, pasukannya itu untuk mengatasi ‘suasana kacau dan anarkis serta makin meningkatnya serangan terhadap rakyat Palestina.’

Beberapa jam setelah keterangan pers itu, pasukan baru Siyam dikerahkan untuk membubarkan aksi unjuk rasa mahasiswa yang memprotes biaya ujian di depan kantor kementerian pendidikan di Khan Yunis.

Juru bicara Fatah Tawfiq Khussa meminta Siyam untuk mencabut keputusannya itu karena akan menimbulkan bencana berupa pertumpahan darah di kalangan rakyat Palestina. (ln/aljz)