Situasi Beirut Memanas, Aksi Protes Berakhir Rusuh

Aksi-aksi kekerasan pasca ledakan bom yang menyebabkan kematian seorang pejabat intelejen senior Lebanon terus berlanjut di Beirut, ibukota negeri ini. Ketegangan mulai merambat menjadi pertikaian antar faksi di Libanon, yaitu antara kelompok Syiah yang loyal pada Hizbullah, faksi Amal dan kelompok Sunni yang setia pada Saad Hariri, yang kini memimpin pemerintahan dari koalisi 14 Maret.

Aksi protes hari Minggu (27/1) berakhir di Beirut berakhir dengan bentrokan dengan aparat keamanan Libanon, sehingga menyebabkan tujuh orang tewas tertembak dan 22 orang lainnya luka-luka. Kelompok oposisi mengklaim lima orang yang tewas adalah para pendukung oposisi yang dekat dengan Hizbullah.

Kelompok Hizbullah dan Amal yang selama ini kerap mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Libanon Fuad Siniora, menyerukan massanya untuk tetap tenang. Kelompok Amal, yang diketuai Nabih Berri menyerukan pada para pendukungnya untuk menghentikan protes.

"Kami tidak ada kaitannya dengan aksi protes ini. Kami menyerukan agar mereka mundur dari jalan-jalan, " himbau pejabat Amal lainnya, Ali Hassan Khalil. Seruan serupa juga dilakukan Hizbullah lewat pengeras suara, agar para pendukungnya tetap tenang.

Massa pendukung kelompok oposisi turun ke jalan hari Minggu kemarin untuk memprotes pemutuskan aliran listrik di wilayah mereka. Militer Libanon berupaya membubarkan aksi protes itu dengan melepaskan tembakan peringatan. Baku tembak terdengar di jalan-jalan dekat pemukiman Syiah dan Kristen di Beirut.

Mobil-mobil dibakar. Para pengunjuk rasa mengggunakan ban-ban yang dibakar untuk memblokade sejumah jalan-jalan utama, termasuk jalan menuju bandara. Para demonstran menyebar ke pemukiman-pemukiman Muslim Syiah di selatan sampa ke desa Bekaa di timur Libanon. (ln/aljz)