Sekolah Menengah Taha Hussein di kota Qunaitara, Maroko menjadi buah bibir masyarakat setempat. Sekelompok siswi di sekolah itu disebut-sebut melakukan ritual mistis dengan menodai kitab suci al-Quran.
Sumber-sumber yang tidak mau disebut namanya menyatakan mendapat informasi itu dari sejumlah siswa di sekolah tersebut. Siswa-siswa itu mengaku pada hari Rabu tanggal 14 Februari lalu, melihat sejumlah teman-teman sekelasnya mengencingi al-Quran dan perbuatan itu dilakukan di lingkungan sekolah.
Mereka mengungkapkan, ritual mistis itu dilakukan tiga belas siswi yang dikenal berasal dari keluarga kaya. Ketigabelas siswi itu mengenakan pakaian serba hitam dan kalung salib.
Menurut siswa-siswa yang dekat dengan kelompok ini, ketigabelas siswi itu kerap mendengarkan musik black metal dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kelompok tersebut, masih menurut sumber tadi, melakukan kontak dengan kelompok-kelompok pemuja setan lainnya di seluruh dunia melalui internet dan ruang-ruang chatting.
Meski cerita ini sudah menyebar ke seluruh kota, pihak sekolah membantah informasi tersebut. "Laporan-laporan ini bohong dan tidak lebih dari rumor semata, " kata seorang pegawai di sekolah itu ketika dikonfirmasi Islamonline.
Begitu gencarnya berita tersebut, kalangan Justice and Development Party (JDP), salah satu partai paling berpengaruh di Maroko ikut buka suara. Mereka mengatakan bahwa kasus ini makin menghangat di Qunaitara dan merupakan fenomena berbahaya.
Sejauh ini, sudah dibentuk sebuah tim pencari fakta untuk mengungkap kebenaran informasi tersebut. Tim pencari fakta ini sudah mengunjungi sekolah bersangkutan.
Para pakar dan sosiolog menilai kasus ini muncul karena peran keluarga yang kurang memperhatikan putera-puterinya yang sedang beranjak remaja.
"Para remaja puteri dengan mengenakan pakaian serba hitam dan kalung salib yang terbalik telah menjadi fenomena di al-Qunaitara, " kata Dr Hassan al-Elmi, seorang profesor di bidang hadist dan pemikiran Islam, yang juga anggota tim pencari fakta.
Ia meminta para orang tua dan pendidik, membantu untuk melindungi generasi muda dari bahaya pengaruh-pengaruh ajaran sesat. "Ini adalah bentuk pemberontakan yang dilakukan para remaja terhadap tradisi-tradisi yang ada, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi, " tukas al-Elmi.
Pernyataan serupa dilontarkan sosiolog Hassan Koronfol yang menyarankan agar para orangtua lebih ketat mengawasi perilaku anak-anaknya. "Masyarakat Maroko sedang membayar dampak dari globalisasi dan liberalisasi, " ujarnya.
Kasus-kasus kelompok pemuja setan, bukan sekali ini terjadi di Maroko. Aparat keamanan Casablanca pernah membongkar jaringan pemuja setan yang digerakan melalui internet oleh seorang pemuda Mesir.
Media-media lokal di Maroko, pernah mengungkap adanya kelompok pemuja setan dan kelompok homoseks menggelar konser musik di pinggir pantai di utara kota Asila.
Selain di Maroko, kasus-kasus kelompok pemuja setan juga pernah terungkap di era tahun 90-an di Mesir dan Libanon. (ln/iol)