Empat belas tahun sudah perjalanan SINAI (Studi Informasi Alam Islami) sebagai kelompok kajian dunia Islam yang didirikan oleh Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) Lembaga yang bergerak dalam dunia jurnalistik dan berkonsentrasi dalam kajian dunia Islam ini tanggal 18 Februari kemarin merayakan hari jadinya yang ke-14.
Muhammad Jalil, ketua panitia yang ditemui disela-sela jalannya acara mengatakan, bahwa rangkaian acara yang diagedakan panitia berjalan sesuai harapan. Ia kemudian menjelaskan rangkaian acara dari Milad ini yang terdiri dari tiga kegiatan besar, yaitu seminar "Misteri Kemenangan Gaza", lomba menulis artikel analisa dengan tema "Shympatize With Gaza" dan acara talk show bersama direktur dan para mantan Direktur SINAI yang ditutup secara simbolis dengan pemotongan nasi tumpeng.
Hadir sebagai pemateri dalam seminar "Misteri Kemenangan Gaza", Rabu (11/2) Haris Ramlan, Lc., mahasiswa yang membantu relawan BSMI selama 10 hari di Gaza dan Taryudi, Lc., staff kajian dunia Islam SINAI. Dalam penyampaiannya, Haris Ramlan banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman ruhiyah yang ia dapatkan selama berada di Gaza. Ia mengatakan, bahwa sejak awal memasuki Gaza, ada aura berbeda yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. “Saya merasakan ketenangan, keramahan, keberanian dan semangat yang luar biasa dari para penduduknya”, kenang Haris kepada para hadirin.
Haris juga menjelaskan, bagaimana kondisi yang menimpa Gaza kala itu secara tidak langsung telah mendidik anak-anak Palestina untuk mampu berpikir dewasa dan punya semangat keagamaan yang tinggi. Hal ini ia dapati ketika dirinya bermalam di rumah salah satu keluarga di Gaza yang bernama Abu Thariq. Yang membuat dirinya terkagum-kagum dengan kepribadian Abu Thariq dan keluarganya.
Sementara Taryudi, selaku pemateri kedua lebih berkonsentrasi kepada kajian dan analisa tentang kemenangan Gaza. Menurut analis di staf divisi kajian SINAI ini, bahwa perang Al-Furqan di Gaza ini mirip dengan perang Al-Ahzab yang terjadi pada tahun 4 Hijriyah. Mahasiswa yang sedang merampungkan program Magister-nya di Al Azhar ini mengungkap rahasia-rahasia di balik misteri kemenangan Gaza. Dipenghujung acara seminar, panitia juga turut melakukan penggalang dana yang hasilnya disalurkan kepada relawan yang sebagian mereka masih berada di perbatasan Mesir-Gaza.
Puncak dari rangkaian Milad SINAI ke-14 ini dilaksankan seminggu setelah acara seminar, tepatnya pada hari Rabu (18/2) dengan rangkaian acara; Talk Show bersama Direktur SINAI dari masa ke masa dan presentasi finalis lomba analisa dunia Islam SINAI.
Hadir pada acara Talk Show sore itu, Iswan Kurnia Hasan, Lc. (Direktur SINAI 2002-2006), Irsyad Azizi, Lc. (Direktur SINAI 2006-2008) dan Ahmad Musyafa’, Lc. (Direktur SINAI 2008-2010) Turut diundang pula seorang Tokoh Masisir, Udo Yamin yang juga merupakan Direktur dari Word Smart Center. Acara yang dipandu oleh Muhammad Syarief dan Bahrul Ulum ini berjalan dengan kocak, lepas dan penuh keakraban.
Iswan sebagai pendahulu SINAI mencoba kembali bernostalgia di awal-awal dirinya bergabung dengan SINAI, baginya SINAI adalah madrasah untuk mengembangkan kemampuan, baik dalam ibadah, menulis, akhlak, wawasan dan lainnya. Pengalaman dan pelajaran dari SINAI juga disampaikan oleh Irsyad Azizi. Menyusul kemudian penjelasan dari direktur periode ini, Ahmad Musyafa’ yang lebih banyak berbicara tentang terobosan baru yang dicapai SINAI, terutama dalam bentuk kerjasamanya dengan beberapa lembaga di Indonesia, seperti KNRP, majalah Al-Mujtama’, media Era Muslim dan situs Warna Islam
Sedangkan Udo Yamin, selaku pengamat yang diminta penilaiannya tentang SINAI mengatakan, selama ini SINAI baginya sudah cukup sukes. “Paling tidak ada tiga alasan saya menyimpulkan pernyataan itu; Pertama, SINAI sudah sukses memposisikan dirinya sebagai sebuah kelompok kajian. Kedua, SINAI bisa tampil beda dari yang lain. Bukan asal beda, tapi memang benar-benar berbeda. Baik berbeda programnya, berbeda kepribadian orangnya, bahkan berbeda dalam corak yang sederhana sekali. Ketiga, SINAI membangun brand dan merek yang di kalangan Masisir dan juga di Indonesia”, jelas Udo.
Acara Talk show ini kemudian diakhiri dengan pemotongan nasi tumpeng sebagai acara simbolis wujud syukur SINAI di hari jadinya yang ke-14. Di penghujung acara, dewan juri mengumunkan para pemenang lomba artikel analisa. Dari dua puluh satu peserta yang turut dalam lomba tersebut, terpilih empat nominator terbaik yang masing-masing mempresentasikan tulisannya dihadapan dewan juri dan kemudian dipilih dua orang pemenang. Pemenang pertama berhak atas hadiah 100 USD dan karyanya akan ditampilkan dalam kolom analisa di media Online Eramuslim dan pemenang kedua mendapatkan hadiah sebesar 50 USD, sedangkan sisanya akan mendapatkan hadiah hiburan. Diurut berdasarkan penilaian dari dewan juri, para pemenang itu adalah Fajar Pradika, Faisal Zulkarnain, Owen Putra dan Falahuddin Qudsi.
Acara milad ini juga dimeriahkan oleh grup nasyid El-Fata dan pemutaran film dokumenter SINAI disertai komentar para tokoh Masisir tentang lembaga kajian dunia islam yang berdiri sejak 10 November 1994 silam ini. (sn/umr)