“Turki adalah negara dimana agama dan nasionalisme bertemu, jadi banyak gerakan anti-Erdogan malah mendukung prinsip kedaulatan Turki terhadap monumen itu (atas dasar nasionalisme),” ujar Fishman.
Lalu bagaimana suara umat Kristen Turki? Mereka cenderung lebih memilih diam karena dianggap tak punya kekuatan politik.
“Ini bukan tentang kami (Kristen di Turki), bukan juga tentang menentang agenda konversi jadi Masjid seperti reaksi keras menentangnya di Turki dan luar negeri,” kata keturunan Turki penganut Kristen, Ziya Meral yang juga peneliti konflik tinggal di Inggris.
Meral menyebut jika isunya tentang Kristen maka harusnya komunitas dunia mempertimbangkan bagaimana melindungi masa depan sekitar 100 ribu penganut Kristen di Turki.
“Tragedi yang harusnya membuat duka adalah mengapa geraja kian kosong dan mengapa warisan Kristen di Anatolia tidak ada yang menghidupkan,” ucap Meral. (rol)