Pada saat Suriah terus bergerak ke arah perang saudara, Presiden Bashar al-Assad telah meminta milisi sipil bersenjata yang dikenal sebagai “Shabiha” untuk membantu melindungi rezimnya.
Menurut laporan, gerombolan preman pembunuh ini telah disalahkan atas pembantaian di Houla di mana lebih dari 100 orang, separuh dari mereka anak-anak, tewas.
“Mereka seperti monster.” Dr Mousab Azzawi yang memiliki klinik di Latakia di jantung milisi Shahiba, mengatakan kepada Daily Telegraph.
“Saya harus berbicara dengan mereka seperti anak-anak, karena Shahiba seperti orang-orang dengan kecerdasan yang sangat rendah. Tetapi itulah yang membuat mereka begitu menakutkan-kombinasi dari kekuatan kasar dan kesetiaan buta terhadap rezim,” katanya.
Kekejaman Shabiha baru-baru ini menjadi jelas bagi dunia, tetapi untuk warga Suriah kebrutalan mereka telah dikenal lama.
“Bahkan sebelum revolusi, setiap saat ada kerusuhan mereka (shabiha) akan pergi ke jalan dan menghentikannya untuk pemerintah,” kata Selma, yang berasal dari keluarga terkemuka Alawit – sebuah sekte Syiah, di mana keluarga Assad lahir. Sepupunya sendiri adalah anggota Shabiha tersebut.
“Mereka akan mematahkan tangan dan kaki warga. Mereka akan memperjuangkan Bashar sampai mati. Itu wajar – mereka harus membela sekte mereka, “kata Selma kepada Telegraph.
Bashar al-Assad dan ayahnya Hafez al-Assad, menggunakan Shabiha untuk memaksa warga Suriah agar tunduk pada rezim, mencuci otak para milisi Shabiha agar mempercayai bahwa mereka berjuang untuk sekte mereka dalam melawan agresor Muslim Sunni.
Sekte sesat Syiah Alawi terdiri sekitar 12 persen dari total populasi Suriah. Banyak dari doktrin-doktrin iman mereka tetap menjadi rahasia, menambah sifat mistik sekte tersebut bahkan beberapa ulama mengatakan Alawi telah memasukkan unsur-unsur agama Kristen ke iman mereka.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Utsmani, Alawi secara bertahap menjadi sekte yang paling kuat di Suriah dan mayoritas militer negara itu berasal dari sekte sesat ini.
Ketika pemberontakan dimulai pada Maret 2011, jajaran milisi Shabiha semakin tumbuh, pada saat mereka mulai membayar utang mereka kepada pemerintah dengan melakukan banyak pekerjaan manual dalam menekan perbedaan pendapat.
Setiap kali oposisi mencoba melakukan unjuk rasa di Damaskus, puluhan orang berpakaian sipil dengan senjata api akan muncul di jalan-jalan di dekatnya menunggu kesempatan untuk campur tangan.
Setiap malam selama Ramadhan, puluhan Shabiha berdiri di depan masjid di lingkungan Sunni, siap untuk memukul dan menyeret siapa pun yang mengkritisi rezim setelah shalat tarawih.
Tentara pembebasan Suriah dilaporkan menewaskan banyak Shabiha, tapi banyak lagi yang menunggu untuk mengambil tempat mereka. Dengan ekonomi menurun akibat sanksi internasional, Alawi miskin butuh uang. Lainnya telah dibujuk oleh propaganda pemerintah bahwa negara mereka adalah korban dari konspirasi yang diluncurkan oleh Al-Qaidah, negara-negara Teluk dan NATO.
Selain kebencian sektarian dan keuntungan keuangan, Shabiha memiliki motif lain karena ingin menjaga Assad tetap berkuasa.(fq/aby)