Sex Jihad, Ternyata Kampanye Hitam Syiah Iran atas Mujahidin Suriah

aisha2Banyaknya aliran kunjungan Muslimah Saudi , yang dikatakan oleh media Iran , telah melakukan perjalanan ke Suriah untuk menawarkan layanan seks kepada para jihadis yang berjuang untuk menggulingkan rezim Assad telah terungkap adalah laporan palsu, dan ternyata foto foto yang ditampilkan adalah aktris porno .

Kantor  berita yang mendukung Republik Syiah Iran , sekutu kuat Assad , menyatakan bahwa salah satu wanita yang bernama ” Aisha ” telah dikirim ke Suriah untuk melakukan ” jihad seks” bagi pemberontak .

Ada juga laporan palsu yang menyatakan banyaknya perempuan Tunisia yang bepergian ke Suriah untuk ” upah jihad seks ” muncul pada tahun 2013 setelah menteri dalam negeri Lofti ben Jeddou mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ribuan perempuan melayani jasa seksual dengan ” 20 , 30 , 100 militan ” di wartorn Suriah .

Bahkan ada tuduhan ada seseorang Syeikh Saudi yang  mengeluarkan fatwa yang memungkinkan gadis remaja untuk memberikan bantuan seksual bagi pemberontak untuk memerangi pasukan Assad .

Padahal hubungan nikah Mut’ah  , hanyah Syiah yang melegalkan hubungan seksual di luar nikah yang memungkinkan dengan banyak pasangan , dan bukan Muslim.

Mereka menuduh para Muslimah Sunni menjajakan diri dan  dianggap halal  karena mereka membuat pengorbanan – memberikan kesucian dan martabat mereka – untuk membantu para jihadis .

Dalam kasus Aisha , laporan itu terbukti hanyalah  tipuan . Ternyata salah satu Blogger Iran menemukan bahwa gambar yang digunakan untuk menggambarkan Aisha sebagai simbol  jihad seks diambil dari situs pornografi .

Cerita ini telah dibuat oleh media Iran untuk mendiskreditkan mujahidin  Suriah terutama – Muslim Sunni .

Teheran telah melancarkan perang propaganda dalam tiga tahun terakhir untuk mendukung rezim Assad dengan kampanye penyimpangan informasi .

Ada bukti bahwa seluruh ‘ jihad seks ‘  hanyalah sebuah kampanye negatif  untuk mendiskreditkan rival Assad .

Para syekh Saudi yang dituduh mengeluarkan fatwa , Syeikh Mohammed al – Arifi , membantah klaim bahwa ia pernah mengeluarkan fatwa tersebut .

” Tidak ada satupun orang waras yang akan menyetujui hal seperti itu , ” katanya . (ED/Dz)