Sekretaris Jenderal Dewan Islam di Norwegia Methab Asfar mengungkapkan, beberapa jam pertama setelah tersiar berita serangan teror yang dilakukan oleh Anders Behring Breivik, merupakan masa-masa sulit bagi komunitas Muslim di negeri itu.
"Pada 5-6 jam pertama situasinya sangat berat, apalagi terpikir bahwa banyak kaum Muslim yang dilecehkan baik secara fisik maupun verbal. Inilah sisi masyarakat Norwegia yang belum pernah saya lihat sebelumnya,. Saya harap sekarang kita bersatu kembali sebagai satu bangsa. Saatnya telah tiba," ujar Asfar dalam wawancara dengan TV2.
Ia menambahkan, di masa depan, masyarakat akan melihat bagaimana kebudayaan dan agama yang berbeda-beda menghadapi peristiwa pemakaman dan bagaimana mereka mengatasi kesedihan.
Duka masyarakat Norwegia adalah duka kaum Muslimin di negeri itu. Serangan teror kemarin meninggalkan bekas di hati komunitas Muslim yang seharusnya bersuka cita menyambut datangnya bulan Ramadan.
"Ramadan kali ini diwarnai kesedihan, mengenang para korban dan keluarganya. Semua orang masih mengingat serangan teror itu dan kami khususnya memikirkan keluarga dan mereka yang telah menjadi korban," ungkap Asfar.
"Tujuan dari puasa kali ini adalah untuk mengingat mereka yang sedang dalam kesusahan. Inilah saatnya untuk memaafkan, merenung, untuk berbagi cinta dan kehangatan. Muslim atau bukan Muslim, kami ikut merasakan kepedihan para korban dan keluarga korban," sambung Asfar.
Pada Senin (1/8) sore, warga kota Trondheim berduyun-duyun menghadiri pemakaman salah satu korban serangan teror Breivik, seorang remaja berusia 17 tahun keturunan Turki bernama Gizem Dogan. (kw/afp/IE)