Hamas dan Fatah, kembali melakukan kesepakatan damai untuk tidak saling mengarahkan moncong senjata kepada sesama rakyat Palestina. Entah ini kesepakatan yang keberapa kalinya, namun bagaimanapun ini mencerminkan niat baik yang masih besar di balik konflik bersenjata yang terjadi antara dua kelompok terbesar di Palestina ini.
Kesepakatan ini terjadi di pagi hari Ahad (10/6), dengan mediator delegasi asal Mesir. Baik Hamas maupun Fatah sama-sama menyatakan perjanjian kembali untuk menghentikan tembak menembak dan menarik seluruh anasir berenjata dari kota Rafah, Selatan Ghaza. Perjanjian ini dilakukan setelah satu orang pimpinan Al-Qassam, sayap militer Hamas terbunuh di tangan orang yang tak dikenal.
Kedua belah pihak juga sepakat untuk melanjutkan pekerjaan tim netral yang dibentuk sebelumnya di bawah koordinasi Syarif Ismail, Wakil Keamanan Mesir dan anggota Jihad Islami, serta sejumlah tokoh pemantau termasuk utusan gerakan Fatah dan Hamas. Tugas tim tersebut adalah melakukan penyidikan terhadap berbagai kasus yang ada untuk bisa ditindaklanjuti secara hukum.
Kontak senjata berdarah terjadi sebelum ini di kota Rafah antara pejuang bersenjta asal Hamas dan Fatah. Disebutkan dalam insiden itu, gugur seorang pimpinan militer Al-Qassam, dan terluka lebih dari 40 orang dalam kondisi parah dan luka ringan. Keterlibatan unsur keamanan Mesir dan sejumlah delegasi dari organisasi pejuang Palestina di Ghaza, ditujukan untuk mengefektifkan perjanjian yang sudah dilakukan kesekian kalinya antara Hamas dan fatah. Mereka sepakat untuk membongkar semua pos militer yang dibangun di berbagai tempat di dalam kota Refah. (na-str/pic)