Suriah dan Libanon memulai babak baru dengan membuka kembali hubungan diplomatik pada Rabu (13/8), setelah terputus selama hampir 60 tahun. Selanjutnya, kedua negara akan menugaskan duta-duta besarnya ke masing-masing negara. Bersamaan dengan peristiwa ini, Libanon utara diguncang ledakan bom yang menewaskan 18 orang.
Suriah-Libanon sepakat untuk menyambung kembali tali silahturahmi setelah pertemuan antara Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Presiden Libanon Michel Suleiman beserta penasehatnya untuk bidang politik Bussaina Shaaban, di Damaskus.
Dalam pernyataan bersama mereka disebutkan, "Kedua presiden memutuskan untuk membangun hubungan diplomasi dengan mengirimkan duta-duta besarnya, berdasarkan perjanjian PBB dan hukum internasional." Presiden Assad dan Presiden Suleiman, selanjutnya menginstruksikan kementerian luar negeri masing-masing untuk mengambil langkah yang dianggap perlu terkait dengan hukum yang berlaku di kedua negara.
Kunjungan Presiden Libanon Michel Suleiman ke Damaskus hari Rabu kemarin, adalah kunjungan pertama presiden Libanon ke Suriah sejak Suriah menarik mundur pasukannya dari Libanon pada April 2005 yang menandai berakhirnya dominansi militer Suriah di negara tetangganya, Libanon.
Meski bertetangga, Suriah-Libanon tidak menjalin hubungan diplomatik sejak lepas dari kolonialisme Perancis 60 tahun yang lalu. Pembicaraan mengenai kemungkinan pemulihan hubungan kedua negara baru dibicarakan bulan Juli lalu, saat Assad dan Suleiman bertemu di Paris.
Beberapa jam sebelum keberangkatan Suleiman ke Damaskus, sebuah bom meledak di kota pelabuhan Tripoli, sebelah utara Libanon. Ledakan yang terjadi di dekat pool bis yang akan menjemput para penumpang di kawasan bisnis di kota itu. Akibat ledakan tersebut, 18 orang tewas dan 40 orang lainnya cedera.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom itu. Anggota parlemen Libanon, Misbah Ahdab mengatakan, pelaku ledakan bom ingin merongrong keamanan Libanon. "Apa yang terjadi di Tripoli adalah konfrontasi antara dua kelompok yang beda pandangan. Kelompok pertama adalah mereka yang ingin mencari solusi untuk keluar dari krisis dan kelompok kedua adalah mereka yang menginginkan kekacauan di Tripoli, " tukas Ahdab.
Ia mengatakan, meski serangan bom ini terjadi di Tripoli, serangan itu merupakan serangan pada negara Libanon secara keseluruhan. (ln/al-arby/aljz)