Setelah membantai warga Palestina di Jalur Ghaza, Jumat pekan kemarin. Israel kembali melancarkan serangan udara ke wilayah tersebut, Minggu (11/6), menewaskan dua pejuang Hamas dan melukai tiga pejuang Hamas lainnya, seperti diungkapkan sumber-sumber dari kalangan medis di Ghaza.
Militer Israel membenarkan aksi serangan itu dan mengatakan bahwa mereka melakukan serangan udara ke sebuah lokasi dekat Bait Lahiya, di kamp pengungsi Jabalya terhadap para pejuang Hamas yang menurut Israel sedang berusaha menembakkan roketnya.
Serangan Israel kemarin, merupakan serangan pertama Israel yang menewaskan pejuang Hamas sejak faksi pejuang itu menyatakan mencabut dukungan gencatan senjata dengan Israel pada Jumat, pekan kemarin dan mulai melakukan serangan roket serta mortir dari Jalur Ghaza ke wilayah Israel.
Hamas menyatakan mencabut dukungannya terhadap gencatan senjata dengan Israel, setelah Israel melakukan serangan ke wilayah pesisir pantai di Jalur Ghaza, Jumat (9/6) yang menewaskan tujuh warga sipil Palestina.
Sumber-sumber dari aparat keamanan mengungkapkan, salah seorang pejuang Hamas yang tewas adalah Salim al-Arabiya, komandan lokal sayap militer Hamas, Brigade Izzadin al-Qassam.
Pihak Israel menuding Hamas telah membantu kelompok pejuang lainnya untuk melakukan serangan roket dari Ghaza ke wilayah Israel. Sebelum serangan yang menewaskan dan melukai para pejuang Hamas Minggu kemarin, sejumlah pejabat Israel mengklaim seorang warganya di sebelah selatan kota Sderot terluka parah akibat serangan roket yang dilakukan pejuang Palestina dari Ghaza.
Israel juga mengklaim telah terjadi serangan roket kedua ke wilayah industri dekat kota pelabuhan Ashkelon, namun serangan itu tidak menimbulkan korban. Israel menuding pejuang Palestina termasuk Hamas, bertanggung jawab atas dua serangan itu, oleh sebab itu militer Israel melakukan serangkaian serangan balas dendam pada Jumat dan Minggu kemarin ke Jalur Ghaza.
Pada Sabtu (10/6) Menteri Pertahanan Israel Amir Peretz mengatakan, pemerintahnya kemungkinan akan menerapkan kembali kebijakan untuk membunuh para pemimpin Hamas, termasuk mereka yang duduk dalam pemerintahan, setelah Hamas menyatakan mengakhiri komitmennya terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Menjawab pertanyaan para wartawan di basis militer yang berlokasi di selatan Israel, Peretz mengatakan,"Kami akan melakukan tindakan terhadap organisasi atau elemen yang merencanakan sebuah operasi. Tak seorangpun dijamin lolos dari kebijakan ini. Tak seorangpun yang membahayakan warga Israel bisa memalingkan namanya atau organisasinya dari kebijakan ini." (ln/aljz)