"Gencatan senjata di Jalur Ghaza, bukan berarti kami duduk diam menunggu untuk satu persatu dibantai oleh Israel, " demikian pernyataan Jihad Islam, menyusul tembakan roket yang dilakukan Jihad Islam dari wilayah Jalur Ghaza ke wilayah Israel.
Para pejuang Jihad Islam melakukan tembakan roket-yang dianggap sebagai pelanggaran dari pihak Palestina atas kesepakatan gencatan senjata dengan Israel di wilayah itu-sebagai balasan atas pembunuhan tentara Israel terhadap dua warga Palestina di Tepi Barat.
Sebelum insiden roket di Ghaza, Selasa (24/6) tentara-tentara Zionis membunuh dua warga Palestina di kota Nablus, Tepi Barat dan salah satunya adalah pejuang Jihad Islam. Militer Israel mengklaim dua warga Palestina bernama Tareq Abu Ghali, 24 dan Iyad Khanfar, 21, seorang mahasiswa Palestina, terbunuh saat terjadi baku tembak.
Namun saksi mata di lokasi kejadian mengatakan, kedua warga Palestina itu gugur oleh ledakan setelah pasukan Zionis Israel menyerbut flat mereka. "Kejahatan ini tidak akan lewat begitu saja tanpa hukuman, dan hari-hari mendatang akan menjadi saksinya, " tulis Jihad Islam dalam pernyataannya.
Jihad Islam melakukan pembalasan atas serangan pasukan Zionis di Tepi Barat dengan menembakkan roket-roketnya ke kota Sderot, selatan Israel. Satu dari tiga roket yang ditembakkan menghantam sebuah rumah kosong di Sderot. Roket keempat meledak di sebuah tempat terbuka di depan gedung Dewan Regional Sha’ar Hanegev.
Israel menyatakan tembakan roket itu sebagai pelanggaran gencatan senjata dan akan mengambil tindakan balasan yang lebih keras. Sementara Hamas menuding Israel-lah yang telah memprovokasi tembakan roket dari Jalur Ghaza, dengan melakukan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
"Faksi-faksi pejuang di Tepi Barat punya hak penuh untuk merespon aksi serangan Israel itu, " kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum.
Gubernur Nablus Jamal Muheisen menyebut serangan tentara Zionis kemarin sebagai "tindak kejahatan yang tidak bisa dibenarkan." (ln/iol)