Serangan Bom Hotel Marriot, Balasan Atas Kerjasama Pakistan dengan AS

Serangan bom bunuh diri melulululantakkan Hotel Marriot di ibukota Pakistan, Islamabad, menewaskan 60 orang dan 200 orang cedera. Para analis mengatakan, serangan bom itu merupakan pesan dari kelompok pro-Taliban bahwa Pakistan harus membayar mahal kerjasamanya dengan AS dalam "perang melawan teror" serta operasi-operasi militernya ke pedalaman untuk memberangus kelompok-kelompok Taliban.

Talat Masood, seorang pensiunan jenderal Pakistan berpendapat, serangan bom di Hotel Marriot bisa jadi reaksi atas serangan-serangan misil pasukan AS di pedalaman Pakistan yang menyebabkan kaum perempuan dan anak-anak menjadi korban. "Ini adalah pesan yang sangat jelas para militan pada pemerintah Pakistan, jika Pakistan bisa ditekan oleh Amerika maka mereka (militan) juga bisa melakukan tekanan pada pemerintah Pakistan," kata Masood.

Analis masalah-masalah keamanan dari Islamabad, Hamid Mir menuding pimpinan Taliban di Pakistan Baitullah Mehsud sebagai dalang dari serangan bom di Hotel Marriot. "Para militan yang loyal pada Mehsud kerap menjadikan pasukan Pakistan dan warga sipil sebagai target serangan mereka, terutama setelah operasi militer Pakistan ke wilayah Bajur," kata Mir.

Operasi militer Pakistan ke wilayah beberapa waktu lalu, menyebabkan warga sipil termasuk anak-anak dan perempuan menjadi korban dan memicu kebencian mereka pada pemerintah Pakistan. "Masyarakat Pakistan di pedalaman itu sangat marah dengan pemerintah Pakistan. Mereka juga berpikir Pakistan cuma diam melihat aksi-aksi pengeboman yang menewaskan warga sipil di Pakistan," tukas Mir.

Masood dan Mir juga menyakini, serangan bom ke Hotel Marriot juga sebagai reaksi atas dukungan Pakistan terhadap "perang melawan teror" yang dikampanyekan AS.  "Kelompok-kelompok militan itu memilih untuk melakukan serangan, kecuali pemerintah Pakistan bersikap untuk tidak lagi mengikuti kebijakan-kebijakan AS," ujar Masood.

Menurutnya, rakyat Pakistan merasa bahwa "perang melawan teror" yang dikampanyekan AS bukanlah perang mereka. Apalagi belakangan, pasukan AS yang berbasis di Afghanistan malah melakukan sejumlah serangan bom ke wilayah Pakistan di perbatasan.
 
Serangan Bom Terburuk

Ledakan yang terjadi pada Sabtu (20/9) berasal dari sebuah truk yang berisi bahan peledak. Ledakan itu menyebabkan bagian depan hotel hancur dan pipa-pipa gas pecah sehingga menimbulkan kebakaran besar. Para tamu hotel yang berada di lantai atas hotel, banyak yang terjun ke bawah untuk menyelamatkan diri dari jilatan api, sehingga banyak diantara mereka yang tewas.

Menurut Menteri Dalam Negeri Pakistan, ada dua warga negara asing yang tewas. Sementara keterangan pihak rumah sakit menyebutkan ada lima warga negara asing yang luka-luka, termasuk seorang diplomat asal Denmark. Duta Besar Saudi menyatakan lima warga negaranya hilang dan belum diketahui nasibnya.

Ledakan bom yang terjadi di Hotel Marriot merupakan serangan bom terburuk yang pernah terjadi di ibukota Pakistan. Melihat dampak ledakan, diduga bahan peledak yang digunakan besarnya lebih dari satu ton dan aparat kepolisian mengkhawatirkan Hotel Marriot akan roboh akibat ledakan dan kebakaran besar itu.

Sejumlah saksi mata mengungkapkan kengerian yang terjadi di lokasi ledakan. Staff dan tamu hotel berlarian untuk menghindarkan diri dari pecahan kaca. Mayat-mayat yang berlumuran darah bertebaran diantara reruntuhan-reruntuhan bangunan hotel. Hotel Marriot adalah hotel termewah di Pakistan yang menjadi pilihan tempat menginap warga negara asing dan kalangan elit Pakistan.(ln/aljz/iol/arb)