Sejumlah faksi Palestina berhasil menuntaskan dialog nasionalnya yang pertama kali. Mereka sepakat terhadap sejumlah agenda dan mekanisme yang akan dilakukan untuk membentuk pemerintahan koalisi nasional, serta menghilangkan berbagai kendala yang menghalangi.
Pada saat yang sama, tak lebih dari 12 jam setelah dialog nasional dilakukan, kontak senjata kembali terjadi antara pendukung dua organisasi besar Palestina, Fatal dan Hamas. Sementara di tempat yang lain, tentara Israel membunuh seorang pemuda Palestina dan melukai dua orang lainnya di perbatasan Ghaza.
Menurut sejumlah sumber Palestina yang turut serta dalam dialog nasional, forum pertama dialog yang dimulai di Ghaza hari Selasa (23/1) menghasilkan beberapa rumusan. Antara lain menyepakati lima poin strategis Palestina yakni, pembentukan pemerintahan koalisi nasional, menghidupkan kembali secara aktif organisasi PLO, membentuk dewan keamanan nasional, membuat lembaga social dan local di atas sistem demokrasi, dan membentuk front perlawanan koalisi. Dalam dialog nasional itu, hadir hampir seluruh faksi dan utusan dari daerah.
Daud Syehab, utusan Harakah Jihad Islami yang ikut dalam forum itu mengatakan, “Dialog yang terjadi membincangkan tema pembentukan pemerintahan koalisi nasional dari dua sisi. Pertama dari aspek pembagian kursi kabinet dan kedua, program politik pemerintahan koalisi yang akan dibentuk.” Ia menjelaskan juga bahwa untuk pembentukan pemerintah koalisi akan dibahas kembali pada tiga kali pertemuan.
Syehab menjelaskan sikap gerakannya yang akan berupaya berkolaborasi dengan seluruh eleven untuk mensukseskan terbentuknya pemerintahan koalisi tersebut. “Kami akan mendukung dan memberi bantuan sepenuhnya untuk pemerintahan koalisi, tapi kami tidak akan terlibat dalam pemerintahan tersebut nantinya.”
Sementara Dr. Shalah Barduail, wakil dari Dewan Parlemen utusan Hamas mengatakan, bahwa forum dialog nasional itu telah berhasil menyepakati rapat pertama untuk membicarakan program pemerintahan koalisi yang sesuai dengan piagam kesepakatan nasional. Dalam perbicangan lewat telepon dengan Islamonline, ia menyebutkan, “Sudah dibentuk satu tim khusus untuk membahas sejumlah program yang akan dijukan pada pertemuan hari Jumat mendatang (26/1). Semua masalah berjalan dengan baik. Karena tidak terjadi ketegangan dari semua pihak.”
Akan tetapi beberapa jam setelah pertemuan tersebut, terjadi lagi kontak senjata hingga melukai empat orang Palestina. Polisi keamanan Palestina bentrok dengan pendukung gerakan Fatah, namun masing-masing melemparkan tuduhan pihak lainlah yang memicu kontak senjata. Jubir Kepolisian Palestina, Islam Syahawan mengatakan, kontak senjata terjadi sejak dilarangnya sejumlah orang bersenjata yang bekerja menjaga rumah sakit di Beit Hanun oleh kepolisian. Itu karena ada sejumlah orang Fatah dengan membawa senjata memasuki rumah sakit. Situasi ini yang mendorong sejumlah orang Fatah melakukan perlawanan dan menyerang sejumlah lokasi polisi di dalam kota. Lalu terjadilah kontak senjata itu.
Disisi lain, Fatah justru menuding kepolisian Palestina dan anasir Batalyon Al-Qassam sayap militer Hamas yang menyerang pos pemimpin Fatah di Beit Hanun. Setelah itu, kelompok Fatahpun melakukan aksi pembalasan.
Total konflik senjata internal Palestina, sampai saat ini telah menewaskan 30 orang minimal. Konflik ini meletup setelah Presiden Palestina Mahmud Abbas menyerukan percepatan pemilu presiden dan pemilu parlemen, yang kemudian ditolak oleh Hamas karena seruan itu dianggap inkonstitusional.
Dipihak lain, Zionis Israel terus menerus melancarkan aksi pembunuhannya. Seorang pemuda Palestina augur di perbatasan Kisufim, Timar Ghaza. Ia tertembak oleh peluru yang ditembakkan tentara Israel dari pos perbatasan. Mahran Zakariya, nama pemuda itu, berusia 17 tahun. Perutnya sobek oleh tembakan tentara Israel dan langsung wafat di tempat. Menurut para petugas rumah sakit, “Maharan tidak berafiliasi pada kelompok perlawanan apapun.” (na-str/iol)