PM Irak Nuri al-Maliki memerintahkan penyelidikan atas kasus perkosaan yang menimpa seorang perempuan Irak berusia 20 tahun. Dalam pernyatannya, al-Maliki mengatakan siapapun pelakunya, harus dihukum seberat-beratnya.
Korban perkosaan yang dirahasiakan jati dirinya itu, dalam pengakuannya mengungkapkan, bahwa ia diperkosa oleh tiga anggota polisi Irak selama sepekan berada dalam tahanan.
Perempuan itu ditahan, setelah polisi Irak menggeledah rumahnya di distrik Amil, pada hari Minggu kemarin. Pada saat penggeledahan, suami perempuan tersebut sedang tidak berada di rumah. Menurutnya, aparat kepolisian menuduhnya telah menyediakan makanan bagi para pejuang Sunni.
"Salah satu dari mereka membekap mulut saya, sehingga tak seorangpun di luar ruangan yang bisa mendengar suara saya. Saya berkata pada mereka, bagaimana bisa seorang Irak melakukan hal ini pada orang Irak lainnya, " tuturnya dalam rekaman video Associated Press.
Ia menambahkan, setelah salah seorang tetangganya melaporkan penangkapan itu pada tentara AS, ia kemudian dibebaskan.
Juru bicara militer AS Letnan Kolonel Christopher Garver mengaku tidak tahu menahu sejauh mana keterlibatan pasukannya dalam membebaskan perempuan Irak tersebut. Namun ia menegaskan bahwa militer AS akan mendukung penyelidikan yang dilakukan pemerintah Irak.
Laporan kasus perkosaan yang dilakukan polisi Irak ini dikhawatirkan akan memicu kembali pertikaian sektarian di Negeri 1001 Malam itu. Karena, kepolisian Baghdad didominasi oleh Muslim Syiah, terutama pasukan elitnya.
Deputi menteri dalam negeri Irak, Hussein Ali Kamal menyatakan tidak percaya perkosaan itu dilakukan oleh aparat kepolisian, karena pasukan keamanan Irak selalu beroperasi bersama-sama dengan pasukan AS.
Pernyataan keras dilontarkan oleh Mahmud al-Mashhadani, pemuka Sunni dan juru bicara parlemen Irak. Ia mendesak al-Maliki mengusut kasus ini.
"Demi Tuhan, jika anda (al-Maliki) tidak memberikan keadilan bagi Muslimah Irak ini, orang yang seharusnya anda anggap sebagai saudara atau anak perempuan anda… Sejarah akan mengutuk kita selamanya dengan aib, " tegas al-Mashhadani.
Terkuaknya kasus perkosaan ini bisa jadi hanya satu kasus dari banyak kasus perkosaan yang dialami perempuan Irak sejak invasi AS ke negeri itu. Para wanita korban perkosaan di Irak umumnya tidak mau mengungkapkan kasusnya karena takut hinaan publik. Seorang perempuan yang mengaku menjadi korban perkosaan, bahkan beresiko menghadapi kematian, dibunuh oleh saudara-saudaranya yang laki-laki dengan alasan demi menjaga kehormatan keluarga. (ln/aljz)