Nasib malang menimpa seorang muslim veteran angkatan udara AS, dirinya tidak bisa pulang ke negara asalnya AS untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit setelah ia bekerja di luar negara.
Saadiq Long baru mengetahui dilarang melakukan penerbangan ke Oklahoma AS dan yang lebih parahnya lagi tidak ada penjelasan dari pejabat AS atas alasan menempatkan dia dalam daftar larangan terbang pemerintah.
“Hal ini membuat frustrasi bahwa setelah enam bulan dan tidak ada tanggapan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri bahwa mereka masih tidak akan memungkinkan saya untuk terbang kembali ke negara saya sendiri,” Saadiq Long mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disampaikan di Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR ) yang pernyataannya diperoleh OnIslam.net.
Dilema Saadiq, yang bertugas selama satu dekade di militer AS, di mulai enam bulan lalu ketika dia membeli tiket KLM menuju ke Oklahoma, di mana ia berencana untuk melihat ibunya yang sedang sakit.
Kunjungannya adalah yang pertama setelah veteran tentara AS Muslim itu menghabiskan waktu melakukan pengajaran bahasa Inggris di tiga negara Arab, Mesir, Uni Emirat Arab dan Qatar.
Tapi yang tak terduga olehnya, ia diberitahu oleh seorang perwakilan KLM bahwa ia tidak diperbolehkan naik ke pesawat karena namanya ditempatkan dalam daftar larangan terbang oleh pemerintah AS.
Padahal veteran tentara AS yang Muslim tersebut sama sekali tidak pernah didakwa atau diindikasikan melakukan kejahatan apapun.
Tidak menerima pemberitahuan mengapa pemerintah AS sendiri melarangnya terbang kembali ke AS, Saadiq Kamis lalu mencoba untuk kembali mengunjungi ibunya yang sakit, dengan membeli tiket lagi dalam upaya melakukan perjalanan ke Amerika Serikat.
Namun, ia kembali dilarang menaiki pesawat pada penerbangan tanggal 8 November dari Qatar untuk kembali ke Amerika Serikat.
Saadiq sekarang akan mencoba kembali memesan tiket untuk membuat upaya lain agar bisa terbang kembali ke Amerika Serikat sebelum hari libur Thanksgiving.
Council on American-Islamic Relations (CAIR-OK) cabang Oklahoma mengecam kebijakan keamanan dalam negeri AS yang menolak hak dasar Saadiq.
“Tidak ada warga negara AS yang harus ditolak haknya untuk kembali ke negaranya sendiri,” ujar Direktur Eksekutif CAIR-OK Adam Soltani.
“Saadiq Long adalah kelahiran Amerika dan pernah bertugas di angkatan udara AS dan tidak ada alasan untuk tidak menerima hak dirinya untuk mengunjungi ibunya yang sedang sakit parah,” tambahnya.
Saadiq bukan muslim pertama yang menghadapi masalah yang ditempatkan pada daftar larangan terbang tanpa alasan yang jelas.
Awal tahun ini, sebuah keluarga Muslim Amerika ditolak dari penerbangan JetBlue karena bayinya yang masih berusia 18-bulan ditandai sebagai orang yang masuk dalam daftar larangan terbang.
Pada tahun 2009, sembilan anggota keluarga Muslim dikeluarkan dari penerbangan domestik AirTran Airways Orlando ke Florida, setelah mereka mengobrol tentang kursi mereka di pesawat.
Insiden lain terjadi pada tahun 2006 ketika enam imam diusir dari penerbangan domestik karena ada laporan penumpang lain yang menganggap perilaku mereka mencurigakan.
Mereka dikeluarkan dari penerbangan, diborgol dan ditahan di bandara untuk diinterogasi selama lebih dari lima jam.(fq/oi)