Awal tahun ini Emad dan Bahu Trust memenangkan penghargaan United Nations Safer Cities Award (penghargaan kota teraman dari PBB) atas video yang mereka buat yang menceritakan kisah dua ibu Muslim yang terdampak dari kejahatan pisau. Salah satunya adalah ibu yang berduka atas pembunuhan putranya. Yang lainnya, ibu sang pembunuh, dijauhi oleh sebagian besar komunitasnya dan didera oleh perasaan malu.
Emad membuat skrip videonya dan bekerja dengan anak-anak muda di komunitas Sparkbrook untuk memainkan peran dalam film pendek tersebut. Kini, dia tengah mengerjakan video lain untuk ditampilkan di masjid dan sekolah yang bercerita tentang dua teman yang hidupnya terpisah ketika salah satunya dipersiapkan oleh sebuah geng untuk mengedarkan narkoba.
Dia juga menjalankan skema yang disebut Empowering Futures, yang membuat Emad dan lainnya bekerja dengan sekelompok anak berusia 16 hingga 19 tahun yang dianggap berisiko ditarik ke dalam kejahatan. Emad mengatakan, setiap orang menyelesaikan kursus empat bulan. Dia mengatakan awalnya sulit untuk mendapatkan beberapa orang untuk duduk di ruangan yang sama dengan seorang petugas polisi.
“Banyak dari mereka yang tergabung dalam klub tinju dan sekarang mereka telah diminta inspektur setempat untuk memberikan penghargaan di acara akhir musim mereka. Sejauh itu kami telah berhasil,” ujarnya.
Emad menggambarkan dirinya sebagai seorang Muslim yang taat. Namun, ia mengatakan menangani tugas-tugas keagamaan dan kepolisian ternyata lebih mudah dari yang dia bayangkan.
Ia berpikir akan lebih sulit untuk menjadi dirinya sendiri. Ia mengaku beribadah lima kali sehari dan pada waktu-waktu tertentu, ia khawatir akan sulit bagi petugas polisi untuk menyesuaikan.
“Pada kenyataannya itu cukup sederhana dan Inspektur saya mengerti ada saat-saat singkat di hari itu ketika saya perlu berhenti sejenak. Ada Ruang Ibadah khusus, tetapi sejujurnya saya akan dengan senang hati mengeluarkan sajadah di pinggir jalan saat melakukan operasi jika perlu! Meskipun itu tidak pernah harus terjadi,” kata Emad.
Emad mengaku pernah mendapat sedikit olok-olokan dari orang-orang yang ia kenal di komunitasnya, tentang langkahnya menjadi petugas polisi. Namun, tidak ada serangan dari kejadian tersebut. Ia mengaku tidak ada yang menyebutnya pengkhianat.