Seorang Bocah di Afghanistan


Ia berusia 14 tahun. Namanya masih belum diketahui sampai saat ini. Selasa, dua bulan yang lalu, desa tempat ia tinggal di Mamlah, Ninjihar diserang oleh pasukan Amerika dan sekutunya.

Pasukan asing menerjang semua dan menghancurkan rumahnya. Ketika ia tertangkap, si bocah melakukan perlawanan. Ia mengambil pedang dan kemudian dengan sigap berduel dengan salah satu tentara Amerika. Tanpa dinyana, si bocah berhasil memenangkan pertarungan, dan tentara Amerika itu tewas. Si bocah kabur dan tak pernah tertangkap lagi. Tapi seluruh dunia mungkin telah menyebutnya sebagai “Dasar bocah teroris! Kecil-kecil sudah pandai membunuh orang!”

Lantas, bagaimana lagi bocah-bocah Afghanistan mempertahankan diri, ketika semuanya direnggut? Ibu, ayah, saudaranya, dan masa depannya? Bukan sekali dua diberitakan bahwa bocah-bocah Afghanistan melakukan perlawanan berani—seperti halnya anak-anak Palestina yang melempari penjajah Israel dengan batu-batu.

Empat tahun lalu, Abdul Karim, berusia 10 tahun memerangi seorang tentara Amerika dengan berbekal sebuah kapak di Bahto, Kandahar.

Tahun lalu, Abdullah—juga berusia 10 tahun, dari Miyunda—juga melakukan aksi yang sama.

Seorang bocah di Afghanistan pun mengerti, bahwa negaranya sedang dijajah sekarang ini. (sa/ qimmah/prisonerofjoy)