Israel sedang membuat misil jelajah jarak jauh yang bisa menjangkau fasilitas-fasilitas nuklir di Iran. Selain mengembangkan misil ini, Israel juga akan meminta restu AS agar boleh mengembangkan senjata penghancur Tomahawk.
Seorang sumber di keamanan Israel pada Reuters, Selasa (23/5) mengatakan, pengembangan teknologi untuk pengembangan kedua jenis senjata itu sudah menjadi prioritas utama. Selama ini, hanya AS dan Rusia yang dikenal piawai dalam segala aspek produksi misil-misil jarak jauh. Pada tahun 2000, AS menolak permintaan Israel yang ingin membeli misil-misil tersebut.
Israel adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang bebas mengembangkan persenjataan nuklirnya tanpa takut mendapat kecaman dari dunia internasional, karena dilindungi AS. Laporan-laporan media menyebutkan bahwa Rafael, industri senjata milik pemerintah zionis itu sudah mampu mengembangkan sebuah prototipe misil jelajah dengan menyematkan mesin pendorong jet pada misil Popeye jarak menengah.
Jane’s Defense Weekly melaporkan, pada 2004 industri militer Israel sudah mengembangkan jenis misil jelajah pertamanya, namun jangkauannya hanya sekitar 300 meter. Misil jelajah didisain khusus untuk membawa bom konvensional dengan daya hancur besar atau kepala nuklir. Jangkauannya bisa ratusan mil dan dikenal dengan akurasinya yang nyaris sempurna dalam mencapai sasaran serangan. Misil tercanggih, mampu menjelajah dengan kecepatan subsonik dengan navigasi sendiri dan mampu menghindari radar.
Israel adalah negara dunia ketiga pertama yang mengembangkan dan membuat misil-misil dengan jangkauan lebih dari 300 kilometer, bahkan lebih dari 1.000 kilometer.
Tidak puas dengan misilnya, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dengan percaya diri mengatakan akan meminta AS menjual misil-misil jenis Tomahawk yang mampu membawa kepala nuklir.
"Hal ini sudah pernah diminta pada masa lalu. Saya yakin permintaan itu akan diajukan kembali, khususnya melihat berbagai ancaman yang dihadapi Israel di masa depan," kata Olmert dalam kunjungannya ke AS, bertemu dengan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dan Presiden Bush.
Mengomentari keinginan Israel itu, analis dari Jane’s Defense Weekly, Robert Hewson berpendapat, AS tidak akan mengeksport senjata berbahaya itu pada saat-saat yang sensitif.
Pendapat itu dibantah oleh analis pertahanan Israel Alon Ben-David yang mengatakan bahwa AS pada akhirnya, kemungkinan akan menjual Tomahawksnya untuk menghadang musuh-musuh Israel.
"Kalau Amerika melihat bahwa Israel memiliki kemampuan yang kredibel dalam membuat misil jelajah, saya harap Amerika akan segera mengendalikannya dan akhirnya akan menyerahkan Tomahawk," kata Ben-David.
Tomahawks adalah jenis misil jarak jauh dengan kecepatan jelajah subsonik dan mampu menghancurkan target di darat maupun di laut. Jenis misil ini dikendalikan oleh kode sistem jaringan global positioning yang dikontrol oleh Pentagon. (ln/iol)