Asisten Menteri Luar Negeri AS, Rose Gottemoeller hari Selasa kemarin melontarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Ia meminta Israel untuk ikut menandatangani Perjanjian Non-Profliferasi (NPT), perjanjian untuk mengendalikan pengembangan nuklir negara-negara anggotanya.
Ia mengatakan, AS tetap menargetkan negara-negara yang mengembangkan program nuklir seperti India, Pakistan, Korea Utara termasuk Israel untuk menaati aturan-aturan yang tercantum dalam NPT.
Presiden AS Barack Obama dalam pidatonya dalam acara Konferensi "Komite Persiapan Pemeriksaan NPT tahun 2010" yang berlangsung di New York mengatakan, AS meyakini kerangka kerja NPT yang bermakna negara-negara yang ketahuan membuat persenjataan nuklir akan segera dilucuti, negara-negara yang tidak punya senjata nuklir dilarang membuatnya dan seluruh negara berhak atas program pengembangan nuklir untuk kepentingan damai atau kepentingan sumber energi.
Pernyataan itu mengundang reaksi dari pemerintah Iran. Wakil Iran yang hadir dalam konferensi itu, Deputi Menteri Luar Negeri Mohammad Ali Husseini mempertanyakan, apakah AS sungguh-sungguh dengan pernyataannya itu? Husseini minta AS segera bertindak untuk melucuti negara-negara yang memiliki senjata nuklir, termasuk senjata nuklir milik Israel.
"Penghentikan kerjasama AS dengan rezim Zionis bisa dipandang sebagai langkah praktis itu," kata Husseini.
Yang paling khawatir dengan pernyataan pejabat dan presiden AS soal nuklir adalah Israel. Israel melihat pernyataan AS yang mendesak agar Israel menjadi anggota NPT sebagai perubahan sikap pemerintahan AS yang selama ini selalu berpihak pada rezim Zionis itu.
"Jika pernyataan itu mengindikasikan perubahan kebijakan AS dalam isu nuklir, saya yakin ini akan menjadi hal yang mencemaskan bagi bagi keamanan Israel," kata Dov Weisglass, mantan kepala strategis di masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon
AS dan Nuklir Israel
AS, Israel dan sekutu-sekutunya di Eropa selama ini bersikap bias terhadap isu program nuklir, terutama program nuklir yang dikembangkan negara-negara dunia ketiga seperti Korea Utara, India, Pakistan terutama Iran.
Di satu sisi, AS menyerukan perlucutan senjata nuklir dan pengawasan ketat program-program nuklir negara-negara itu. Tapi di sisi lain, AS, Israel dan sekutu-sekutunya dengan leluasa mengembangkan dan membuat senjata nuklir.
Israel diyakini sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang sudah memiliki ratusan senjata berkepala nuklir. Israel dengan bebas membuat senjata-senjata nuklir karena mendapat perlindungan dari AS.
Surat kabar The Washington Times dalam artikelnya menulis bahwa AS sudah melindungi program nuklir Israel selama 40 tahun lebih, sejak pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Nixon dengan PM Israel Golda Meir pada tahun 1969.
Memang, tidak ada bukti tertulis perjanjian Nixon-Meir tentang perlindungan yang diberikan AS terhadap program nuklir Israel. Tapi kesepakatan itu mulai terkuak pada tahun 2007, ketika Perpustakaan Nixon menemukan arsip-arsip berkode rahasia milik mantan penasehat keamanan nasional AS, Henry Kissinger.
Salah satu arsip yang ditemukan, bertanggal 7 Juli 1969 dalam bentuk memorandum yang ditujukan ke Mr. Nixon berjudul "Program Nuklir Israel". Dalam memorandum itu tertulis bahwa pada akhir tahun 1970, Israel akan memiliki 24 sampai 30 misil dari darat ke darat seperti yang dimiliki Prancis dan 10 dari misil itu sudah berkepala nuklir.
Kissinger yang kemudian menjadi menteri luar negeri AS, menulis dalam memonya bahwa AS lebih senang jika Israel tidak memiliki senjata nuklir tapi keinginan Kissinger itu tidak tercapai. Saat itu Kissinger berargumen, jika Israel mengakui secara terbuka uji coba senjata atau kepemilikan arsenal nuklirnya, tindakan itu dikhawatirkan akan mendorong Uni Soviet untuk menawarkan jaminannya pada negara-negara Arab yang ingin mengembangkan program nuklirnya.
"Ini artinya, kita idealnya ingin melucuti kepemilikan senjata nuklir Israel, tapi upaya minumum yang bisa kita lakukan adalah menjaga agar dunia internasional tidak mengetahui fakta tentang kepemilikan senjata nuklir Israel," tulis Kissinger di memonya.
Kecurigaan bahwa Israel sudah memiliki persenjataan nuklir terjawab ketika dalam pidatonya saat kunjungan ke AS tahun 2006, PM Israel Ehud Olmert secara tak sengaja di depan publik menyatakan Israel memang memiliki senjata nuklir. (ln/prtv/TWT)