“Mereka melakukan ini karena Islam memiliki sistem kepercayaan dan struktur sosialnya sendiri, yang merupakan ancaman serius bagi rezim totaliter seperti Partai Komunis China. Mereka tidak dapat mentolerir kelompok yang berpikir berbeda. Karena itu, mereka berupaya melakukan pemusnahan budaya masyarakat Islam,” tandasnya.
“Tujuan dari kampanye Sinisasi Islam adalah untuk memutuskan hubungan yang dimiliki Muslim dengan Islam, sehingga kelompok etnis Muslim di seluruh China kehilangan rasa persatuan yang mungkin diberikan agama mereka,” lanjut Gu.
Dari amatan internasional, setelah Beijing mempercepat kampanye di seluruh negeri pada 2018, pemerintah daerah mengeluarkan tindakan represif, seperti menutup sekolah Islam, mewajibkan pengibatan bendera nasional China di lokasi masjid-masjid, menggusur bangunan Islam, dan menghilangkan tanda halal. Rezim komunis RRC juga melarang anak-anak di bawah usia 18 tahun untuk ke masjid. China juga mewajibkan kaum Muslim untuk mendaftarkan alamat dan identitas mereka pada pemerintah.
“Islam bukan hanya keyakinan agama bagi kebanyakan Muslim, melainkan juga tradisi budaya dan nasional. Banyak adat istiadat dan identitas psikologis orang beriman tidak dapat dipisahkan dari Islam,” ujar Gu.[em]