Sekular Mencoba Isu ‘Turki Spring’ Pada Pemerintahan “Erdogan”

erdoganDi tengah protes sengit atas pemerintahannya, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyanggah apa yang terjadi seperti pemberontakan “Arab Spring.”

“Mereka yang berbicara tentang Musim Semi Turki benar; karena sekarang , pada kenyataannya, memang musim semi,” kata Erdogan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi yang dikutip oleh Agence France-Presse (AFP).

“Tapi ada orang-orang mencoba untuk mengubahnya menjadi musim dingin.”

Protes demonstrasi dan bentrokan telah melanda kota-kota besar Turki beberapa hari terakhir atas pemerintahan di Istanbul, melukai ratusan demonstran.

Pendemo mengatakan bahwa rencana pemerintah untuk mengulangi era Ottoman pada toko toko dan perumahan serta apartemen di alun-alun adalah bagian dari rencana untuk “mengislamkan” Turki kembali.

Para demonstran yang pro secular berdemo sejak hari Minggu di depan kantor Erdogan di Istanbul dan di ibukota Ankara, menyalakan api dan berteriak:

“Diktator, mengundurkan diri … Kami akan melawan sampai kita menang!.”

Beberapa pengamat sekuler telah menyamakan protes pemberontakan populer yang melanda beberapa pemimpin Arab dari kekuasaan pada 2011.

Namun Erdogan, yang telah berkuasa sejak tahun 2002, menolak pembicaraan tentang “Musim Semi Turki”.

“Apakah ada sistem multi-partai di negara-negara Arab Spring?” Tanya Erdogan.

Dan Pemimpin Turki ini menggambarkan para demonstran hanya sebagai “pengacau”.

“Ini adalah protes yang diselenggarakan oleh elemen-elemen ekstrimis (sekuler) ,” kata Erdogan.

“Fakta Partai AK telah meningkatkan suara yang dimilikinya pada tiga pemilu berturut-turut dan telah berhasil memenangkan dua referendum, menunjukkan bagaimana orang-orang bangsa ini telah menyukai Partai AK.”

Turki telah mengalami kemajuan pesat ekonomi dan pengaruhnya telah meningkat secara dramatis di Timur Tengah dan pada skala global.

Tapi banyak warga Turki, termasuk beberapa mantan pendukung, menuduh Erdogan tumbuh semakin otoriter, membungkam media, memperketat cengkeraman partainya pada negara dan menempatkan agama di tengah politik yang melanggar konstitusi sekuler Turki.

Presiden Abdullah Gul menyerukan pada  hari Senin untuk tenang, karena kekerasan dapat merusak reputasi Turki sebagai model Negara mayoritas Muslim.

“Pesan yang disampaikan dengan niat baik poinnya telah kami terima,” katanya seperti dikutip dikutip oleh kantor berita Anatolia.

Gul, mantan anggota AK, mengakui hak para demonstran ‘untuk protes tapi menyerukan akhiri bentrokan.

“Demokrasi tidak hanya berarti pemilu,” katanya.

“Saya mengimbau semua warga untuk mematuhi aturan dan menyatakan keberatan mereka dan pandangan dengan cara damai.” Ujarnya.

Analis berpendapat bahwa protes tersebut mencerminkan kemarahan tersembunyi di dalam lingkaran sekuler di pemerintahan Erdogan.

“Ini adalah gerakan yang merupakan hasil dari semakin meningkatnya frustrasi dan kekecewaan di antara segmen sekuler masyarakat yang tidak bisa mempengaruhi politik selama dekade terakhir,” kata Sinan Ulgen, seorang pakar politik  di Carnegie Eropa, AFP. (OI.Net/Dz)