Organisasi Konferensi Islam (OKI) meminta para konglomerat Muslim untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan media massa guna membantu meluruskan pandangan-pandangan yang keliru tentang Islam dan fitnah yang kerap ditujukan pada umat Islam di seluruh dunia.
Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu mengatakan, para pengusaha Muslim ada baiknya ikut menanamkan modalnya di institusi-institusi media di seluruh dunia, yang memungkinan mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan media yang bersangkutan melalui kepemilikan saham mereka.
"Ini akan menguntungkan dalam upaya memperbaiki citra Islam di seluruh dunia," kata Ihsanoglu dalam pertemuan menteri-menteri penerangan negara anggota OKI di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (13/9).
Saat ini baru sebagian kecil pengusaha Muslim yang memiliki saham di sejumlah media skala dunia, itupun jumlah sahamnya kecil.
Konglomerat Muslim yang memiliki saham cukup besar di media mungkin baru Pangeran Al-Walid bin Talal, asal Arab Saudi, yang memiliki 5,46 persen saham di perusahan media milik Rupert Murdoch, News Corp. yang antara lain mengelola Fox News Channel.
Tapi sayangnya, saluran televisi yang berbasis di AS ini kurang diminati warga Muslim dan negara-negara Arab, karena dianggap berhaluan kiri.
Dalam pertemuan di Jeddah, Sekjen OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu juga menyerukan negara-negara Muslim menyediakan lebih banyak lagi saluran-saluran televisi berbahasa asing untuk memenuhi kebutuhan pemirsa dari negara-negara Barat.
Menyambung himbauan Ihsanoglu, Menteri Penerangan Mesir, Anas el-Feki mengajak umat Islam untuk berada di garis depan dalam upaya melawan kampanye anti Islam.
"Serangan yang kasar terhadap Islam selama lima tahun sejak peristiwa 11 September telah membuat kita terlalu fokus pada posisi defensif terhadap agama kita dan pehamaman tentang agama kita yang toleran," kata el-Feki.
Ia melanjutkan,"Kita butuh media Islam yang baru yang pesannya bisa mencapai ke seluruh belahan dunia." (ln/iol)