Warga Palestina berduyun-duyun ke Mesir, setelah negeri Piramida itu membuka perbatasan Rafah sejak hari Sabtu kemarin. Aparat keamanan Mesir mengatakan, mereka akan membuka perbatasan selama dua hari sebagai penghormatan terhadap datangnya bulan suci Ramadan. Namun hanya warga Palestina yang benar-benar membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari dan memiliki izi menetap sebagai warga negara asing yang dibolehkan melewati perbatasan.
Al-Jazeera dalam laporannya menyebutkan, sedikitnya seribu warga Palestina dari Ghaza sudah melintasi perbatasan Rafah dan kebanyakan dari mereka adalah warga yang punya izin menetap di Mesir, yang sejak Januari lalu menunggu perbatasan dibuka.
Mesir yang bertanggung jawab atas perbatasan Rafah, sudah lebih dari setahun ini menutup perbatasan, sejak Hamas mengambil kontrol wilayah Ghaza dari pihak Fatah. Hamas sudah meminta Mesir untuk membuka perbatasan secara permanen guna meringankan penderitaan warga Ghaza akibat blokade Israel. Tapi permintaan Hamas terganjal perjanjijan yang dimediasi AS, di mana Mesir tidak boleh membuka perbatasan tanpa izin dari Israel dan Presiden Palestina Mahmud Abbas.
Meski demikian, Hamas mengungkapkan terima kasihnya pada Mesir yang bersedia membuka perbatasan walalupun cuma untuk dua hari. "Kami berterima kasih pada Presiden Husni Mubarak karena karena hari ini mau membuka perbatasan. Kami harap perbatasan dibuka untuk beberapa hari lagi, " kata Ismail Haniyah, pimpinan Hamas di Ghaza.
Sementara juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menyatakan, dibukanya perbtasan Rafah untuk beberapa hari akan meringangkan beban penderitaan rakyat Palestina di Gahza. (ln/aljz)