Abu Bakr al-Baghdadi, Khalifah Daulah Islam (IS) , telah dideklarasikan “menjadi pemimpin bagi umat Islam di mana-mana,” diungkapkan pada 1 Ramadhan 1435H pembentukan sebuah kekhalifahan Islam.
Sebuah kekhalifahan belum ada sejak Kekaisaran Ottoman yang dihapuskan pada tahun 1924.
Hanya ada dua foto yang digambarkan sebagai Abu Bakr al Baghdadi , dan ia pun tidak pernah muncul dalam rilisan video , tidak seperti para pemimpin jihad lainnya seperti almarhum Osama bin Laden dan penggantinya Ayman al-Zawahiri, yang sering tampil dalam media.
Baghdadi – yang nama aslinya adalah Ibrahim Awwad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai – ia lahir di kota Samarra, sebelah utara Baghdad, pada tahun 1971 dalam “keluarga yang ketat agamanya,” menurut sebuah biografi yang ditulis oleh para pendukungnya.
Biografi tersebut mengatakan ia memperoleh gelar doktor di Universitas Islam Baghdad.
Dia adalah seorang ulama di sebuah masjid di kota kelahirannya ketika invasi AS di tahun 2003 yang menggulingkan Presiden Saddam Hussein.
Beberapa orang percaya Al Baghdadi sudah menjadi mujahidin selama pemerintahan sekuler Saddam Hussein.
Namun, yang lain mengatakan bahwa ia berpaling ke arah milisi mujahidin ,setelah empat tahun ia ditahan di Kamp Bucca, sebuah fasilitas penahanan AS di Irak.
Setelah dibebaskan pada tahun 2009, Baghdadi dilaporkan mengatakan kepada para serdadu AS : “Aku akan melihat kalian di New York.”
Baghdadi kemudian bergabung dengan Negara Islam Irak sejak awal , kepanjangtanganan Al-Qaeda di negara yang dilanda perang.
ISI segera menjadi kekuatan Muslim sunni yang dominan di Irak, yang dikenal karena serangan bomnya.
Pada akhir 2011, Washington secara resmi memasukkan Al Baghdadi sebagai seorang “teroris,” dan menawarkan hadiah $ 10 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya atau kematiannya.
Kemudian Baghdadi muncul untuk mengambil jabatannya di ISI dengan antusias. Ia terpilih menjadi pemimpin organisasi tersebut pada tahun 2010 setelah pemimpin sebelumnya Omar al-Baghdadi terbunuh oleh pasukan Amerika dan Syiah Irak.
Ketika revolusi Suriah dimulai pada tahun 2011, Baghdadi melihat kesempatan untuk memperluas kelompoknya.
Dia mengutus Abu Mohammed al-Golani untuk menciptakan Front Nusra di Suriah untuk bantu mujahidin Suriah melawan tentara Syiah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Keberhasilan Front Nusra yang dipimpin Baghdadi semakin terlihat , dan pada tahun 2013 ia menggabungkan kelompok tersebut menjadi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Dengan demikian, ia telah mengabaikan keputusan dari Zawahiri bahwa penggabungan itu tidak sah dan bahwa Baghdadi harus kembali ke posisinya di Irak.
Baghdadi mengatakan dalam sebuah rekaman audio: “Saya harus memilih antara aturan Allah dan aturan Zawahiri, dan saya memilih aturan Allah.”
Meningkatnya ketegangan antara kelompok tersebut , ISIS mengatakan Al-Qaeda “tidak lagi menjadi dasar jihad,” dan para pemimpinnya “telah menyimpang dari jalur yang benar.”
Pada Februari 2014, Al-Qaeda mengeluarkan pernyataan bahwa mereka “tidak terkait dengan [ISIS], karena tidak diberitahu tentang penciptaan” dan “tidak menerimanya.”
Interpretasi Baghdadi tentang Islam telah diberlakukan di kota-kota di mana kelompok tersebut kuasai wilayah wilayah baru.
Di kota Suriah utara, Raqqa, di mana ISIS memiliki kontrol penuh, hukum syariah diberlakukan, hudud, potong tangan bagi pencuri, rajam bagi penzinah , sholat berjamaah, larangan alkohol dan rokok.
Baghdadi nyaris tidak dikenal wajahnya bahkan dalam organisasi sendiri, dia mendapat julukan “syekh yang tak terlihat.”
Seorang petugas menyelidiki di Irak mengatakan kepada situs urusan Timur Tengah Al-Monitor: “Banyak … anggota organisasi, beberapa dari mereka adalah pemimpin, mereka mengaku pernah bertemu Baghdadi atau bertemu dengannya , Baghdadi selalu mengenakan penutup wajah.”
Sebuah tonggak utama ISIS datang pada bulan Juni, ketika kelompok mujahidin tersebut mengambil kota terbesar kedua Irak, Mosul dan berbagai kota lainnya di utara negara itu.
Pengakuan tentara Maliki dan Assad yang memerangi kampanye lintas batas ISIS, mengatakan kelompok ISIS ini memiliki kemampuan yang lebih dari Al-Qaeda .
Paul Sullivan, seorang ahli keamanan Timur Tengah di Georgetown University, mengatakan ISIS dimungkinkan bisa mencapai puncak kapasitasnya.
“Bila ISIS tumbuh, itu akan lebih sulit untuk mengelola dan mengendalikan anggotanya. Sepertinya akan berkembang dengan cepat dengan penambahan tentara desertir, dan orang-orang yang kehilangan anggota keluarganya karena serangan AS , akan menjadi alasan untuk bergabung. Dan mereka bukanlah orang-orang yang paling mudah untuk mengelola, “tambah Sullivan.
Richard Barrett, mantan kepala kontra-terorisme dengan dinas intelijen luar negeri Inggris, kepada Agence France-Presse:
“Baghdadi telah melakukan suatu yang menakjubkan – dia telah merebut kota-kota, ia telah memobilisasi sejumlah besar orang. Jika Anda adalah seorang pria yang menginginkan tindakan aksi, Silahkan Anda pergi dengan Baghdadi. ” (Arby/Dz)